Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan istri Ri Sol-ju menyambut Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Ibu Negara Kim Jung-sook dengan pelukan dan senyuman ketika pasangan itu tiba di Pyongyang pada Selasa (18/9) sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
Ini merupakan pertemuan ketiga bagi Kim Jong-un dan Moon. Keduanya bertekad memajukan pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea sekaligus secara resmi mengakhiri Perang Korea.
Tatap muka kali ini dinilai dapat memberikan petunjuk apakah Pyongyang serius melakukan denuklirisasi, sebuah komitmen yang disampaikan Kim Jong-un saat KTT perdana Korea Utara-Amerika Serikat pada Juni lalu.
Pasca-membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Pyongyang bulan lalu, Trump dikabarkan telah meminta Presiden Moon untuk menjadi negosiator utama antara dirinya dan Kim Jong-un.
Washington sendiri ingin melihat tindakan nyata denuklirisasi seperti yang dijanjikan Kim Jong-un, sebelum secara resmi setuju mengakhiri Perang Korea 1950-1953.
"Jika dialog Korea Utara dan AS dapat dimulai kembali setelah kunjungan ini, itu akan memiliki banyak arti tersendiri," ujar Moon sebelum keberangkatannya ke Pyongyang.
Menggarisbawahi tantangan tersebut, media Korea Utara Rodong Sinmun menuliskan dalam editorialnya bahwa tanggung jawab diskusi nuklir yang terhenti justru ada di tangan Negeri Paman Sam.
"Hal ini disebabkan oleh sikap keras kepala yang tidak masuk akal dan irasional dari AS bahwa isu-isu lain hanya dapat didiskusikan setelah negara kita benar-benar membuktikan denuklirisasi kita ... tanpa menunjukkan niatnya sendiri untuk membangun kepercayaan termasuk menyatakan berakhirnya perang," demikian tulis Rodong Sinmun.
Kedua pemimpin Korea itu akan melakukan pembicaraan formal setelah makan siang. Dan agenda berikutnya adalah pertunjukan musik dan makan malam penyambutan.
Para eksekutif perusahaan Korea Selatan, termasuk Wakil Ketua Samsung Electronics Jay Y. Lee, kepala SK Group, serta LG Group akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Korea Utara Ri Ryong Nam yang bertanggung jawab atas urusan ekonomi.
Pada Rabu (19/9), Presiden Moon dan Kim Jong-un diperkirakan akan melangsungkan konferensi pers bersama dan meneken pakta militer terpisah yang dirancang untuk meredakan ketegangan dan mencegah bentrokan bersenjata lainnya.
Moon Jae-in dikabarkan akan kembali ke Korea Selatan pada Kamis (20/9).
Penentu KTT kedua Korea Utara-Amerika Serikat
KTT minggu ini dilakukan saat AS menekan negara-negara lain untuk mematuhi sanksi PBB yang ditujukan untuk menghambat pendanaan bagi program rudal dan nuklir Pyongyang, di tengah semakin banyaknya bukti yang menunjukkan bahwa Korea Utara terus melanjutkan pembangunan senjata nuklirnya.
Presiden Moon berharap melalui lawatannya ke Pyongyang akan tercipta sebuah proposal yang menggabungkan kerangka konkret untuk denuklirisasi Semenanjung Korea dan deklarasi bersama untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea, ungkap seorang pejabat Seoul.
Selama ini Perang Korea hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Sehingga secara teknis, pasukan PBB yang dipimpin AS dan termasuk Korea Selatan di dalamnya masih berperang dengan Korea Utara.
Namun, menurut sejumlah pejabat Seoul, AS tidak antusias mengakhiri perang secara resmi tanpa tindakan substansial dari Korea Utara terkait denuklirisasi.
Korea Selatan menaruh harapan besar pada pernyataan Kim Jong-un yang pada awal bulan ini menegaskan bahwa pihaknya ingin mencapai denuklirisasi pada periode pertama pemerintahan Donald Trump.
"Menyepakati jadwal tersebut adalah tugas utama Moon," ujar Lee Jung-chul, seorang profesor di Soongsil University di Seoul. "Bagaimana Presiden Moon menunjukkan kesungguhannya terhadap denuklirisasi kepada Trump akan menjadi faktor kunci atas nasib KTT kedua Korea Utara-Amerika Serikat." (Reuters)