close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi/Pixabay
icon caption
Ilustrasi/Pixabay
Dunia
Selasa, 18 September 2018 16:24

Coca-Cola tertarik produksi minuman mengandung ganja

Pada 17 Oktober 2018, Kanada akan melegalkan ganja pada tingkat pemakaian 'Recreational Use' atau untuk kesenangan semata.
swipe

Coca-Cola sedang mempertimbangkan pengembangan minuman mengandung ganja untuk membantu mengurangi fisik seperti peradangan, rasa sakit, dan keram.

Perusahaan minuman terbesar di dunia ini sedang membicarakan pertimbangan tersebut dengan produsen ganja utama Kanada, Aurora Cannabis, dengan menekankan ketertarikannya atas sifat ganja yang mengobati rasa sakit bukan yang membuat konsumen mabuk.

Pembicaraan itu dilaksanakan saat Kanada bersiap untuk melegalkan ganja pada tingkat pemakaian 'Recreational Use' atau untuk kesenangan semata. Bertahun-tahun, negara itu melegalkan ganja hanya untuk pengobatan.

Coca-Cola mengatakan bahwa pihaknya sudah memantau industri dan mengaku tertarik dalam pengembangan minuman baru yang diinfuskan Cannabidiol (CBD), bahan non-psikoaktif yang ditemukan dalam tanaman ganja dan berfungsi meredakan rasa sakit. 

Banyak aktivis pendukung legalisasi ganja berpendapat bahwa CBD bahkan dapat menghilangkan kondisi arthristis dan diabetes. Minyak CBD konsentrat rendah dipercayai bermanfaat untuk menstimulasi rasa kantuk bagi penderita insomnia, meningkatkan nafsu makan, serta mengurangi stres, depresi, dan gangguan kecemasan lainnya.

Di Los Angeles, mengonsumsi CBD dianggap sebagai salah satu gaya hidup sehat terbaru. Zat ini biasanya akan ditambahkan ke dalam koktail dan tersedia di bar-bar kelas atas yang menghargai minuman bercampurkan minyak CBD senilai US$3,50.

Meski demikian, hingga kini Coca-Cola bersikeras menyatakan belum ada keputusan apapun yang dibuatnya terkait pertimbangan tersebut dan menekankan bahwa tidak akan berkomentar lebih lanjut terkait spekulasi itu. 

Coca-Cola tidak mengonfirmasi ataupun menyangkal terkait ada tidaknya hubungan dengan Aurora Cannabis seperti yang dilaporkan oleh BNN Bloomberg. Namun, minat perusahaan ini di sektor ganja muncul setelah penjualan minuman soda ringan tersebut menurun di pasaran. 

Produsen minuman non-alkohol pertama yang mempertimbangkan ganja

Kanada adalah pasar utama untuk gelombang baru produsen minuman komersial bercampur ganja. Mengingat penggunaan ganja di sana akan dilegalkan pada 17 Oktober 2018. 

Pada awal Agustus diumumkan bahwa pembuat bir Kanada Molson Coors telah mencapai kesepakatan dengan The Hydropothecary Corporation, produsen ganja Kanada. Hasil kesepakatan keduanya yaitu berupa peluncurkan bisnis mandiri baru yang mengembangkan minuman non-alkohol yang diinfuskan ganja untuk diedarkan di pasar-pasar Kanada mengikuti legalitas tersebut.

Diageo, pembuat bir Guinness juga sedang berdiskusi dengan setidaknya tiga produsen ganja Kanada terkait kemungkinan kesepakatan yang sama. Demikian menurut BNN Bloomberg.

Heineken NV bahkan telah meluncurkan merek yang mengkhususkan jenis minuman non-alkohol yang diinfuskan dengan THC, bahan aktif ganja. Namun, Coca-Cola adalah produsen minuman non-alkohol pertama yang mempertimbangkan langkah semacam itu.

Belum jelas apakah rencana Coca-Cola akhirnya akan meluas ke Inggris atau tidak. Tetapi kabar itu merupakan kejutan bagi para eksekutif perusahaan Coca-Cola yang berbasis di Inggris. Beberapa jenis minyak ganja memang dapat dibeli di apotek Inggris, namun dengan rujukan medis. 

Sebuah penelitian terbaru dari para ilmuwan di King's College, London, menemukan bahwa satu dosis CBD dapat membantu orang yang menderita gangguan psikotik, dengan meredam aktivitas otak yang abnormal. Dosis tunggal juga dapat mengurangi pola perilaku saraf yang tidak biasa terkait dengan halusinasi, delusi dan gejala psikosis lainnya. (The Guardian)

img
Soraya Novika
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan