Korea Utara dan Korea Selatan teken deklarasi bersama, ini reaksi Trump
Angin segar berembus dari Semenanjung Korea. Bertepatan dengan KTT Korea Utara-Korea Selatan yang memasuki hari kedua, Kim Jong-un dan Presiden Moon Jae-in meneken deklarasi bersama yang memuat sejumlah kesepakatan.
Deklarasi tersebut diharapkan akan mengantarkan era baru perdamaian di Semenanjung Korea.
Respons positif atas kesepakatan tersebut ditunjukkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Melalui media sosial favoritnya, Twitter, Trump menyatakan pertemuan puncak Moon dan Kim Jong-un sangat menarik.
Kim Jong Un has agreed to allow Nuclear inspections, subject to final negotiations, and to permanently dismantle a test site and launch pad in the presence of international experts. In the meantime there will be no Rocket or Nuclear testing. Hero remains to continue being........
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 19, 2018
....returned home to the United States. Also, North and South Korea will file a joint bid to host the 2032 Olympics. Very exciting!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 19, 2018
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom yang ditanya pendapatnya terkait pertemuan puncak tersebut mengatakan, ini merupakan tatap muka bersejarah lainnya dari kedua Korea.
"Pertemuan pertama berlangsung pada 27 April dan sekarang dalam waktu kurang lebih enam bulan, kita melihat pergerakan yang cukup cepat atas upaya perdamaian di Semenanjung Korea," ujar Dubes Kim Chang-beom saat ditemui usai menghadiri pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (19/9).
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom. Alinea.id/Eka Setiyaningsih
Diplomat Korea Selatan itu lebih lanjut menjelaskan harapannya. "Kami harap pertemuan yang berlokasi di Ibu Kota Pyongyang akan menjadi tonggak sejarah lain untuk membuka jalan bagi perdamaian di Semenanjung Korea dan terutama dapat menjadi jembatan untuk mematangkan KTT berikutnya antara Presiden Donald Trump dan Chairman Kim Jong-un. Mudah-mudahan."
"Pertemuan ini penting untuk menggerakkan momentum. Baik itu bagi perdamaian ataupun rekonsiliasi agar terus berlanjut. Kita saksikan bersama saat ini terjadi kebuntuan dialog antara AS dan Korea Utara, karena itu kami berharap KTT Korea Utara-Korea Selatan akan mendorong dimulainya kembali pembicaraan antara kedua belah. Yang tidak kalah penting juga adalah mendorong lebih banyak perkembangan dalam relasi Korea Utara dan Korea Selatan," tegas Dubes Kim Chang-beom.
Dalam pertemuan puncak ketiga Korea Utara-Korea Selatan yang berlangsung 18-20 September, Kim Jong-un berkomitmen akan menutup fasilitas uji coba rudal utamanya di hadapan pakar internasional serta berpotensi menghancurkan kompleks nuklir utamanya jika Washington setuju melakukan tindakan yang sesuai.
Di hadapan awak media, Kim Jong-un dan Presiden Moon, berjanji untuk membawa perdamaian abadi ke Semenanjung Korea. Itu menegaskan kembali komitmen serupa pada pertemuan perdana mereka.
"Dunia akan melihat bagaimana negara yang terbagi ini membawa masa depan baru," tegas Kim Jong-un.
Korea Utara dan Korea Selatan pun setuju untuk sepenuhnya menghentikan seluruh tindakan permusuhan satu sama lain di setiap wilayah, mencakup tanah, udara, dan laut. Selain itu, Pyongyang dan Seoul berjanji untuk menghentikan latihan militer yang ditujukan bagi satu sama lain di sepanjang Garis Demarkasi Militer, yang membagi kedua negara, dan menghapus 11 pos penjaga di zona demiliterisasi pada akhir tahun.
Kedua pemimpin juga menyepakati sejumlah pengumuman non-militer, termasuk rencana untuk bersama-sama mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2023, membuka jalur kereta api dan jalan yang menghubungkan kedua negara tahun depan, serta menormalkan operasional Kompleks Industri Kaesong dan proyek pariwisata Kumgang segera setelah kondisi memungkinkan.
"Era tanpa perang telah dimulai," kata Moon, presiden Korea Selatan pertama yang mengunjungi Pyongyang sejak 2007. "Hari ini, Utara dan Selatan memutuskan untuk menghapuskan semua ancaman yang dapat menyebabkan perang di Semenanjung Korea."
Dalam waktu dekat, Kim Jong-un menyatakan akan berkunjung ke Seoul. Jika kelak terjadi, maka Kim Jong-un akan menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang menginjakkan kaki di Korea Selatan.
Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un, dulu pernah sekali mengatakan akan mengunjungi Seoul. Namun, peristiwa itu tidak pernah terjadi.
Bola ada di Amerika Serikat
Penekanan Korea Utara bahwa pihaknya akan menghancurkan situs uji coba mesin rudal Dongchang-ri dan situs nuklir Yongbyon jika Washington mengambil langkah-langkah yang sesuai menandakan bahwa bola saat ini berada di Negeri Paman Sam.
Ini sudah lebih dari tiga bulan sejak KTT Korea Utara-AS di Singapura, sementara negosiasi antara kedua pihak masih buntu. Para analis menilai, komitmen Kim Jong-un, bagaimanapun, dapat membuka jalan untuk memulai kembali pembicaraan.
Meski demikian, Kim Jong-un dan Moon punya pekerjaan rumah untuk Perang Korea secara resmi. Sejak 65 tahun lalu, perang hanya diakhiri dengan gencatan senjata.
Sebagian menilai, Seoul dan Pyongyang perlu melibatkan Amerika Serikat dan China, pihak lain yang terlibat konflik, untuk mengakhiri perang secara formal. Namun, banyak yang berpendapat, bahwa tidak ada yang bisa menghentikan kedua Korea mengambil sikap sendiri, atau menandatangani perjanjian damai bilateral.
Bagian terpenting dari negosiasi untuk mengakhiri perang adalah status ribuan pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di Korea Selatan sebagai bagian dari aliansi kedua negara. Bagi Korea Utara, penempatan militer Amerika Serikat di Korea Selatan adalah sebuah ancaman langsung.
Presiden Moon dan para penasihat utamanya, telah secara konsisten mengatakan bahwa mereka ingin menjadikan KTT sebagai agenda reguler dalam hubungan kedua negara. Mereka meyakini itu membantu dalam membangun perdamaian yang permanen.
"Ketua Kim Jong-un dan saya berbagi sejarah dengan berpegangan tangan seperti kekasih dan melintasi Garis Demarkasi Militer bersama-sama dua kali," ucap Moon dalam sebuah jamuan pada Selasa (18/9) sore. "Fakta bahwa para pemimpin Korea dapat bertemu tanpa batas waktu atau tempat secara simbolis menunjukkan bahwa era baru hubungan antar-Korea telah tiba." (CNN)