KTT Korea Utara-Korea Selatan yang berlangsung pada 18-20 September, tidak hanya penting untuk memajukan hubungan kedua negara. Pertemuan puncak tersebut juga bertujuan untuk meletakkan dasar bagi tatap muka kedua Donald Trump dan Kim Jong-un.
"Kami bertekad untuk menjembatani kesenjangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara. Untuk itu, pertemuan di Pyongyang kemarin dimanfaatkan oleh Presiden Moon Jae-in untuk berdiskusi secara mendalam, jujur, dan terperinci dengan Chairman Kim Jong-un terkait proses denuklirisasi Semenanjung Korea," ujar Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat (21/9).
Dubes Kim Chang-beom menjelaskan bahwa KTT Korea Utara-Korea Selatan berhasil menyepakati pertemuan antara Kim Jong-un dan Trump yang direncanakan akan berlangsung di Wina, Austria.
"Apa yang kami dengar dari Presiden Trump dan Menteri Luar Negeri AS bahwa kemungkinan AS dan Korea Utara akan bertemu di Wina, Austria, sesegera mungkin untuk mendiskusikan metode penerapan utama dari kesepakatan denuklirisasi," terang diplomat Korea Selatan itu.
Sementara itu, Presiden Moon akan lebih dulu bertemu dengan Trump, tepatnya di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, yang berlangsung pekan depan.
"Presiden Moon dan Trump akan bertemu secara bilateral pada Senin depan di New York, di sela-sela pertemuan Sidang Majelis Umum PBB. Pertemuan Presiden Moon dan Trump ini berfungsi sebagai platform untuk tindak lanjut pertemuan AS dan Korea Utara mendatang," tambahnya.
Dalam KTT Korea Utara-Korea Selatan, tercapai sejumlah kesepakatan yang diyakini akan membawa Semenanjung Korea ke sebuah era baru tanpa perang. Salah satu kesepakatan penting adalah Korea Utara bersedia menutup fasilitas nuklir Yongbyon dan uji coba mesin rudal Dongchang-ri melalui verifikasi para ahli, dengan catatan, Washington mengambil tindakan resiprokal.
Terkait tindakan resiprokal yang diinginkan oleh Korea Utara dari AS, Dubes Kim Chang-beom tidak dapat menjelaskannya secara rinci.
"Saya tidak memiliki informasi rincinya terkait apa yang sebenarnya yang diinginkan Korea Utara dari AS. Namun, yang jelas sesuai dengan yang sudah keduanya sepakati pada KTT pertama di Singapura," paparnya seraya mengungkapkan bahwa dirinya optimis cita-cita perdamaian permanen di Semenanjung Korea dapat terwujud.
"Saya pikir apa yang sudah dicapai selama ini sudah selangkah lebih maju. Jadi, tidak ada kesepakatan yang mustahil tercapai, tidak ada misi yang mustahil, semua dapat diselesaikan dengan satu cara atau cara lainnya. Kita tidak boleh menyerah pada harapan dan komitmen kita," kata dia.
Dalam KTT ketiga Korea Utara-Korea Selatan, Kim Jong-un sepakat dengan ajakan Presiden Moon untuk mengunjungi Seoul. Lawatan akan berlangsung akhir tahun ini.
"Presiden Moon telah mengundang Kim Jong-un untuk mengunjungi Seoul dan saat itu pula Chairman Kim Jong-un menyetujuinya. Namun, waktu spesifik kunjungan belum ditentukan," terang Kim Chang-beom.
Kunjungan Kim Jong-un ke Seoul nanti akan menjadi peristiwa sejarah. Pasalnya, dia merupakan pemimpin Korea Utara pertama yang akan menginjakkan kaki di ibu kota Negeri Ginseng tersebut.
Berdasarkan Deklarasi Bersama yang ditanda tangani Presiden Moon dan Kim Jong-un dalam KTT Korea Utara-Korea Selatan, kedua belah pihak sepakat secara konsisten memajukan hubungannya ke dimensi baru dan lebih maju lagi.
"Kedua belah pihak benar-benar berkomitmen menjadikan seluruh Semenanjung Korea sebagai wilayah perdamaian tanpa senjata nuklir maupun ancaman nuklir, sepakat untuk mengurangi pasukan militer di perbatasan Korea dan membangun kepercayaan satu sama lain, sepakat pula untuk kerja sama di berbagai bidang, serta mendirikan tempat pertemuan permanen untuk reuni keluarga yang terpisah," imbuh Dubes Kim Chang-beom.