close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Teluk Palu. / Google Maps
icon caption
Teluk Palu. / Google Maps
Dunia
Selasa, 02 Oktober 2018 18:34

Ilmuwan asing: Bentuk teluk Palu memperparah tsunami

Menurut ahli, bentuk teluk Palu yang panjang dan sempit berkontribusi menciptakan gelombang tsunami yang dahsyat.
swipe

Ilmuwan asing mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan tsunami lebih besar dibandingkan yang dipicu gempa. Sejumlah faktor, termasuk teluk Palu yang panjang dan sempit, berkontribusi menciptakan gelombang monster yang dahsyat tersebut.

Data terakhir yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan korban tewas mencapai 1.234 orang.

Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter yang melanda Palu pada Jumat (28/9) malam waktu setempat menyebabkan banyak bangunan di Palu dan daerah sekitarnya hancur. Namun, kondisi geofisika dinilai tidak memungkinkan terjadinya tsunami lokal yang menghancurkan.

"Tinggi gelombang setidaknya dua hingga tiga meter, dan mungkin dua kali lipatnya," kata Jane Cunneen, seorang peneliti di Fakultas Sains dan Teknik di Curtin University di Bentley, Australia Barat. Dia juga merupakan seorang perancang sistem peringatan tsunami di Samudra Hindia, sebuah sistem yang dibangun di bawah pengawasan PBB.

Jika dilihat dari gempa, maka tsunami dinilai tidak seharusnya sebesar itu.

"Dalam sebagian besar kasus, tsunami dihasilkan oleh gempa, yang menciptakan pergeseran vertikal besar-besaran di dasar laut," kata Baptiste Gombert, seorang ahli tektonik di departemen ilmu bumi Oxford University.

Tsunami Palu, sebaliknya, dihasilkan oleh sesar mendatar, di mana potongan-potongan kerak bumi bergerak di atas atau di bawah satu sama lain di sepanjang bidang horizontal.

"Sesar-sesar mendatar cenderung tidak menghasilkan tsunami, karena mereka tidak mengangkat dasar laut terlalu banyak," jelas Cunnen.

Jadi, apa yang memicu gelombang tsunami mematikan di Palu dan Donggala? Para ahli menilai ada tiga faktor.

1. Saluran bawah laut yang berakhir di Palu

Salah satunya adalah saluran bawah laut yang sangat panjang dan berakhir di kota Palu yang berada pada dataran rendah.

"Bentuk teluk tentu memainkan peran utama dalam memperkuat ukuran ombak," papar Anne Socquet, seorang ahli gempa di Institute of Earth Sciences di Grenoble, yang telah mempelajari kondisi seismik di kawasan tersebut.

"Teluk itu seperti corong di mana gelombang tsunami masuk."

Saat gelombang tsunami tiba di teluk yang menyempit dan lebih dangkal, air terdorong dari bawah dan tertekan dari sisi-sisi pada saat yang sama.

2. Kekuatan dan lokasi gempa

Guncangan 7,5 skala Richter tergolong gempa kuat dan hanya sedikit yang tercatat terjadi setiap tahunnya.

Lindu yang mengguncang Palu juga sangat dangkal, menandai bahwa pergeseran dasar laut lebih besar, jelas Gombert.

Yang memperburuk situasinya adalah pergeseran dasar laut terjadi di dekat pantai sehingga menyisakan sedikit waktu agar gelombang menghilang.

3. Longsor bawah laut

Longsor bawah laut diperkirakan telah memperbesar tsunami.

"Gempa mungkin menyebabkan tanah longsor di dekat mulut teluk, atau bahkan di dalam teluk itu sendiri," papar Cunneen, mencatat dinding tanah yang curam di jalur air.

Para ahli menilai, ketiga penjelasan di atas membantu menjelaskan mengapa ombak tsunami begitu besar di dekat Palu, namun jauh lebih kecil di daerah sekitarnya.

"Peristiwa seperti itu sangat sulit diprediksi dengan sistem peringatan tsunami kami saat ini, yang bergantung pada perkiraan cepat besaran dan lokasi gempat," kata Cunneen. (AFP)

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan