Pada Selasa (21/11), Donald Trump mengakui bahwa putri sekaligus penasihat seniornya, Ivanka Trump, menggunakan email pribadi pada masa-masa awal pemerintahannya berjalan.
"Supaya dipahami, Ivanka menggunakannya dalam jangka waktu yang singkat," ujar Trump kepada awak media di South Lawn, Gedung Putih.
Kabar penggunaan email pribadi oleh Ivanka Trump untuk mendiskusikan atau menyiarkan urusan terkait Gedung Putih ini dirilis oleh kelompok pemantau nonpartisan, American Oversight.
Menurut American Oversight, putri kesayangan Trump tersebut menggunakan email pribadinya untuk berkomunikasi dengan pejabat pemerintahan, serta para staf di Gedung Putih.
The Washington Post pada Senin (19/11) melaporkan bahwa Gedung Putih tengah menyelidiki penggunaan email pribadi oleh Ivanka Trump dan bahwa perempuan usia 37 tahun itu sering melakukannya.
Ivanka Trump dikabarkan berhenti menggunakan email pribadinya untuk korespondensi pemerintah setelah diberitahu bahwa dia tidak diizinkan melakukannya.
Kabar ini seharusnya menampar keras Trump mengingat dirinya pernah mengkritik mantan rivalnya dalam Pilpres 2016, Hillary Clinton, soal praktik serupa. Trump mengatakan, penggunaan email pribadi oleh Hillary yang saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri menempatkan AS dalam bahaya.
Tidak sampai di situ, Trump bahkan menyebut pengunaan email pribadi oleh Hillary sebagai skandal yang lebih besar dibanding Watergate.
UU The Presidential Records mengharuskan seluruh komunikasi dan catatan pejabat Gedung Putih dilindungi. Meski demikian, penggunaan email pribadi tidak serta merta ilegal.
Di bawah UU The Presidential Records, pejabat pemerintah harus meneruskan korespondensi resmi ke akun kerja mereka dalam waktu 20 hari untuk dilestarikan. Jika tidak, maka penggunaan email pribadi dapat menempatkan catatan resmi di luar jangkauan jurnalis, anggota parlemen, dan pihak lain yang membutuhkannya.
Terdapat pula aturan untuk berbagai informasi rahasia lewat email pribadi.
Merespons laporan ini, tim kuasa hukum Ivanka Trump memaparkan bahwa klien mereka hampir selalu menggunakan email pribadi untuk mengatur jadwal yang berkaitan dengan keluarganya. Selain itu, tim kuasa hukum mengklaim bahwa materi email telah dilestarikan sesuai dengan aturan hukum.
"Mereka tidak diklasifikasikan seperti Hillary Clinton. Tidak dihapus seperti Hillary Clinton. Dia tidak melakukan itu untuk menyembunyikan materi emailnya," tegas Trump.
Pada Selasa kemarin, Trump juga bersikeras menyatakan bahwa penggunaan email pribadi oleh Ivanka Trump telah sesuai dengan aturan retensi arsip.
"Tidak ada yang dihapus. Sementara, Hillary Clinton menghapus 33.000 email. Dia punya server di ruang bawah tanah," kata Trump.
Pada akhirnya, penyelidikan FBI menyimpulkan bahwa Hillary tidak menghadapi dakwaan. Namun, FBI mengakui bahwa mantan ibu negara AS serta stafnya telah sangat ceroboh dalam menangani informasi rahasia.
Austin Evers dari American Oversight menuturkan bahwa ada pertanyaan serius yang harus diselidiki Kongres.
"Apakah Ivanka Trump menyerahkan seluruh emailnya untuk dilindungi seperti yang disyaratkan oleh hukum? Apakah dia mengirim informasi rahasia melalui sebuah email pribadi?," tanya Evers. (CNN dan BBC)