Kementerian Dalam Negeri Meksiko mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk mendeportasi sekitar 500 migran yang berusaha keras secara ilegal melintasi perbatasan ke Amerika Serikat Serikat pada Minggu (25/11).
Puluhan migran dilaporkan berlarian menuju perbatasan antara Tijuana dan San Diego pada hari Minggu kemarin.
Lalu lintas perbatasan pun sempat dihentikan selama beberapa jam pada hari Minggu kemarin. Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mengatakan lalu lintas di kedua arah dihentikan di pintu masuk San Ysidro sebelum kemudian diperbolehkan jalan kembali.
Menurut wartawan Associated Press, migran yang mendekati perbatasan disambut gas air mata setelah beberapa dari mereka mencoba menerobos pagar yang memisahkan kedua negara. Sementara itu, tembakan gas airmata membuat anak-anak yang berada di sekitar lokasi panik dan batuk.
Seorang warga Honduras, Ana Zúñiga, mengatakan bahwa dia melihat para migran membuat lubang kecil di kawat berduri di sisi Meksiko. Saat itulah para petugas AS melepas tembakan gas air mata.
"Kami berlari tetapi ketika kami lari, gas makin menyesakkan napas kami," kata Ana sambil memegangi putrinya yang berusia tiga tahun, Valery.
Milenio TV di Meksiko menayangkan gambar orang-orang yang berusaha melompati pagar perbatasan. Sementara itu, beberapa meter di sisi AS, terlihat para pengunjung keluar masuk sebuah mal seolah tidak ada yang terjadi.
Tayangan yang menampilkan anak-anak yang melarikan diri dari gas air mata memicu kekhawatiran di AS. Mantan kandidat gubernur Florida Andrew Gillum mengatakan di Twitter bahwa para pemimpin AS harus menunjukkan belas kasihan bagi para migran.
Ketegangan sudah tinggi di Tijuana, di mana lebih dari 5.000 migran telah berkemah di dalam dan di sekitar kompleks olahraga. Kelompok migran yang tergabung dalam sebuah kafilah ini telah menempuh perjalanan panjang dari kampung halaman masing-masing hingga tiba di Meksiko.
Banyak dari mereka yang berharap untuk mengajukan permohonan suaka di AS. Kenyataannya, petugas perbatasan di pintu masuk San Ysidro hanya memproses kurang dari 100 permohonan suaka per hari.
Pada Sabtu (24/11), Washington Post melaporkan bahwa pemerintahan Donald Trump telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah Meksiko mendatang, yang mulai menjabat pada 1 Desember, untuk menahan pencari suaka di bagian selatan perbatasan.
Tetapi, menteri dalam negeri Meksiko yang baru mengklarifikasi dengan mengatakan tidak ada kesepakatan yang telah tercapai.
Trump menggunakan kafilah migran ini sebagai isu yang dipermasalahkan menjelang pemilu paruh waktu bulan ini. Dia mengirim militer AS ke perbatasan dan memberi wewenang kepada pasukan untuk menggunakan kekuatan mematikan.
"Akan sangat pintar jika Meskiko menghentikan kafilah jauh sebelum mereka sampai ke perbatasan selatan kami," tulis Trump di Twitter pada hari Minggu.
Anggota kelompok bantuan Pueblo Sin Fronteras, Irineo Mujica, yang telah mendampingi para migran selama berminggu-minggu mengatakan bahwa tujuan pawai menuju perbatasan adalah untuk lebih memperlihatkan penderitaan migran pada pemerintah Meksiko dan AS.
"Orang-orang ini tidak dapat berada di sini," kata Mujica.
Pada hari Jumat (23/11), Wali kota Tijuana Juan Manuel Gastélum, menyatakan telah terjadi krisis kemanusiaan di kotanya yang memiliki 1,6 juta penduduk. Krisis ini, katanya, timbul karena kotanya bersusah payah mengakomodasi para migran.