Musik reggae saat ini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dari pinggir pantai-pantai di Asia hingga kamar-kamar asrama di negeri asalnya, Jamaika.
Genre musik yang berkembang pada tahun 1960 tersebut kini telah ditambahkan ke daftar warisan budaya tak benda dunia yang dilindungi oleh UNESCO, organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB.
Reggae meraih pengakuan internasional lewat musisi seperti Toots and the Maytals dan Bob Marley. Di Jamaika, genre musik ini dikaitkan dengan suara bagi kaum tertindas.
Lewat pengakuan UNESCO, reggae kini bergabung dengan lebih dari 399 warisan budaya tak benda lain dari seluruh dunia, seperti seni flamenco dari Spanyol dan yoga dari India.
"Reggae berfungsi sebagai pengantar komentar sosial, sebagai pengalaman katarsis, sarana pemujian yang tidak berubah, dan musik ini terus memberikan suaranya untuk semua," ungkap UNESCO.
UNESCO membuat pengumuman ini di Mauritius, tempat di mana organisasi itu menggelar pertemuan dan membahas 40 proposal yang dipertimbangkan masuk ke daftar warisan budaya dunia yang dilindungi, termasuk salah satunya reggae.
Sekitar tahun 1960-an, reggae menjadi populer di Inggris dan Amerika Serikat. Kedua negara itu merupakan destinasi banyak imigran Jamaika setelah Perang Dunia II.
Selain musik reggae, lima budaya lainnya juga ditambahkan ke daftar warisan budaya UNESCO, termasuk chidaoba atau gulat dari Georgia dan hurling dari Irlandia.
"Reggae adalah budaya khas Jamaika. Kami yang menciptakannya," ungkap Menteri Kebudayaan Jamaika, Olivia Grange, sebelum pemungutan suara.
Inklusi terhadap daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO dinilai hanya bersifat simbolis. Meski demikian, hal itu dapat meningkatkan harkat dan martabat juga identitas suatu bangsa. (CNN dan BBC)