Setidaknya 15 orang tewas dan 75 lainnya luka-luka akibat berdesak-desakan di Stadion Mahamasina di Madagaskar, dalam perayaan hari kemerdekaan pada Rabu (26/6).
Ribuan warga Madagaskar berkumpul di Stadion Mahamasina untuk menyaksikan pawai militer dan konser musik.
Sekretaris Negara untuk Gendarmerie Jenderal Richard Ravalomanana mengatakan bahwa jumlah korban tewas telah dikonfirmasi oleh Rumah Sakit Joseph Ravoahangy Andrianavalona.
Menteri Pertahanan Jenderal Richard Rakotonirina menyatakan bahwa masih belum jelas apa yang menyebabkan insiden itu.
Pihak berwenang menduga insiden itu terjadi ketika massa mencoba meninggalkan stadion setelah pawai dan polisi menutup sejumlah gerbang.
Kantor berita AFP melaporkan bahwa setelah pawai berakhir, pihak berwenang membuka gerbang untuk memungkinkan para penonton keluar dari stadion.
Namun, sejumlah saksi mata mengatakan beberapa pintu gerbang ditutup dan kerumunan orang dihadang oleh polisi. Hal itu menyebabkan jalur keluar tersumbat dan massa saling berdesak-desakan.
"Ketika panitia membuka gerbang, kami berada di barisan depan," kata Jean Claude Etienne Rakotoarimanana. "Tiba-tiba orang-orang berlari untuk sampai di depan kami. Mereka mendorong kami, beberapa bahkan meninju dan menarik kami."
Rakotoarimanana menderita memar-memar akibat peristiwa itu, dia bahkan mengaku sempat pingsan akibat berdesak-desakan.
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina, yang sempat ikut dalam perayaan hari kemerdekaan, telah mengunjungi para korban di rumah sakit. Dia mengatakan negara akan menanggung biaya pengobatan bagi warga yang terluka.
Tragedi serupa pernah terjadi pada September 2018. Saat itu, kerumunan yang berdesak-desakan dalam pertandingan sepak bola antara Madagaskar dan Senegal menewaskan satu orang dan melukai lebih dari 30 lainnya. (BBC dan Reuters)