Perusahaan kapal pesiar asal Jerman, AIDA Cruise, mengirim dua pesawat charter ke Jakarta untuk mengangkut 474 anak buah kapal (ABK) WNI yang akan kembali bekerja.
Mereka sebelumnya dipulangkan oleh perusahaan karena operasional kapal sempat terhenti akibat Covid-19. Ketibaan para ABK di Bandara Rostock-Laage pada 22 Juli disambut oleh Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno.
"Kami semua ikut senang akhirnya teman-teman dapat bekerja kembali di sini. Pesan saya, selalu jaga kesehatan dan senantiasa perhatikan protokol yang ada," jelas Dubes Arif dikutip dari keterangan tertulis KBRI Berlin pada Jumat (24/7).
Dubes Arif mengakui, proses penjemputan para ABK tidak mudah karena pemerintah Indonesia berupaya mengurangi risiko WNI di luar negeri tertular Covid-19.
Namun, melihat kemajuan pemerintah Jerman dalam menangani Covid-19, Indonesia yakin bahwa situasi sudah kondusif untuk mendatangkan kembali para ABK.
Penjemputan 474 ABK WNI tersebut merupakan kloter pertama dan direncanakan akan ada beberapa kloter berikutnya. Pihak AIDA sendiri menyebutkan, kru yang akan mereka pekerjakan kembali sebagian besar berasal dari Indonesia.
Ini adalah kali pertama ABK WNI kembali bekerja ke luar negeri di masa pandemik coronavirus jenis baru.
"Sekitar 45% kru kita berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia termasuk yang kita prioritaskan pada tahap awal penjemputan kembali," jelas Director for Brand Emergency Response AIDA Cruise Philipp Heidmann.
Dia menyatakan, kapal pesiar tersebut beroperasi kembali pada 20 Agustus 2020, maka dari itu pihak AIDA mulai menjemput para kru yang sebelumnya terpaksa dipulangkan.
Pada tahap awal, pihak perusahaan akan mengoperasikan tiga dari 14 kapal yang mereka miliki yakni AIDAmar, AIDAblu, dan AIDAperla.
Pengoperasian kembali secara bertahap sektor wisata pesiar menjadi bagian strategi pemerintah Jerman dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional. Meski demikian, pelaksanaan relaksasi kebijakan ini tetap diiringi oleh protokol kesehatan yang ketat.
Total kapasitas maksimal yang diizinkan hanya sepertiga dari standar kapasitas kapal keseluruhan pada saat sebelum pandemik. Contohnya, dari 3.306 total kapasitas kapal AIDAmar hanya diperbolehkan untuk diisi 800 penumpang.
Sementara untuk AIDAperla, dari total 5.300 kapasitas yang dimiliki, hanya akan diisi 1.300 penumpang. Angka ini belum termasuk para kru yang berjumlah sekitar 400 orang di setiap kapal.
Terlebih lagi, pengawasan kesehatan juga diperketat. Sebelum naik kapal, seluruh ABK wajib menjalani pelatihan kebersihan dan kesehatan. Pelatihan ini menerapkan standar sesuai dengan ketentuan yang disertifikasi oleh perusahaan independen di Jenewa, SGS Fresenius.
Protokol kesehatan dilakukan dengan langkah terstruktur berdasarkan tingkat keamanan yang diperlukan di kapal. Selain itu, setiap kapal juga memiliki hygiene officer untuk memonitor kepatuhan kru terhadap regulasi kebersihan dan kesehatan. Pihak kapal pun diwajibkan menyiapkan langkah kontingensi penanganan kesehatan dalam kapal.
"Kami sudah dikarantina selama 14 hari di sebuah hotel di Jakarta. Lalu 72 jam sebelum keberangkatan ke Jerman kami diwajibkan melakukan test PCR. Nanti di Kapal kami akan dikarantina lagi selama 14 hari dan secara regular diminta untuk melakukan test PCR," ungkap Vivi, seorang ABK yang telah bekerja di AIDA Cruise selama 1,5 tahun.
Seluruh biaya akomodasi, transportasi dan tes PCR ditanggung oleh pihak perusahaan.