Tim pencari korban banjir Libya terus menyisir jalan-jalan, menghancurkan bangunan yang rusak dan bahkan ke laut pada Rabu (13/9) waktu setempat, untuk mencari mayat di kota pesisir Libya. Di mana runtuhnya dua bendungan menyebabkan banjir bandang besar yang menewaskan sedikitnya 5.100 orang.
Kota Derna di Mediterania masih kesulitan mendapatkan bantuan setelah banjir Minggu (10/9) malam, yang menghanyutkan sebagian besar jalan akses. Pekerja bantuan kmanusiaan yang berhasil mencapai kota tersebut, menggambarkan kehancuran di pusat kota, dengan ribuan orang masih hilang dan puluhan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
“Mayat ada dimana-mana, di dalam rumah, di jalanan, di laut. Ke mana pun Anda pergi, Anda akan menemukan pria, wanita, dan anak-anak yang tewas,” kata Emad al-Falah, seorang pekerja bantuan dari Benghazi, melalui telepon dari Derna.
Badai Mediterania Daniel menyebabkan banjir mematikan pada Minggu di banyak kota di Libya timur, namun yang paling parah terkena dampaknya adalah Derna. Dua bendungan di pegunungan di atas kota tersebut runtuh, mengakibatkan air banjir mengalir deras ke sungai Wadi Derna dan melewati pusat kota, menyapu seluruh blok kota.
Kata pejabat darurat, sebanyak seperempat kota telah hilang. Kemudian Yann Fridez, kepala delegasi Komite Internasional Palang Merah di Libya, kepada penyiar France24, menerangkan, terjadi gelombang naik setinggi 7 meter (23 kaki).
Mohammed Derna, seorang guru di kota tersebut, mengatakan, dia, keluarga, dan tetangganya bergegas ke atap gedung apartemen mereka, tercengang melihat volume air yang mengalir deras. Air Itu mencapai lantai dua dari banyak bangunan. Mereka menyaksikan orang-orang di bawah, termasuk perempuan dan anak-anak hanyut.
“Mereka berteriak, 'Tolong, tolong,'” katanya melalui telepon dari rumah sakit lapangan di Derna. “Itu seperti film horor Hollywood.”
Derna terletak di dataran pantai yang sempit, di bawah pegunungan terjal. Hanya dua jalan dari selatan yang masih dapat digunakan, dan jalan tersebut memerlukan rute yang panjang dan berkelok-kelok melewati pegunungan.
Runtuhnya jembatan di atas sungai membelah pusat kota, sehingga semakin menghambat pergerakan bantuan.
Kata al-Falah, tim pencari menelusuri gedung-gedung apartemen yang hancur dan mengevakuasi korban tewas yang terapung di lepas pantai Laut Mediterania.
Ossama Ali, juru bicara pusat ambulans di Libya timur, mengatakan, setidaknya 5.100 kematian tercatat di Derna, bersama dengan sekitar 100 lainnya di tempat lain di Libya timur. Lebih dari 7.000 orang di kota itu terluka.
Namun, juru bicara kementerian dalam negeri Libya timur menyebutkan, jumlah korban tewas di Derna lebih dari 5.300 orang,.
Jumlah kematian kemungkinan akan meningkat karena tim masih mengumpulkan jenazah, kata Ali. Setidaknya 9.000 orang hilang, namun jumlah tersebut bisa menurun seiring pulihnya komunikasi.
Setidaknya 30.000 orang di Derna mengungsi akibat banjir, kata Organisasi Migrasi Internasional PBB.
Presiden AS Joe Biden juga mengatakan, AS akan mengirimkan dana ke organisasi bantuan dan berkoordinasi dengan otoritas Libya dan PBB untuk memberikan dukungan tambahan.
Pihak berwenang memindahkan ratusan jenazah ke kamar mayat di kota-kota terdekat. Lebih dari 300 orang, termasuk 84 warga Mesir, dibawa ke kamar mayat di kota Tobruk, 169 kilometer (105 mil) timur Derna.
Daftar korban mencerminkan bagaimana Libya, meski dilanda gejolak, selalu menjadi magnet bagi pekerja dari seluruh wilayah karena industri minyaknya.
Lebih dari 70 korban tewas Derna berasal dari satu desa di Mesir selatan, el-Sharif. Pada Rabu pagi, ratusan orang menghadiri pemakaman massal 64 orang di desa tersebut.
Rabei Hanafy mengatakan, keluarga besarnya kehilangan 16 pria akibat banjir, 12 di antaranya dimakamkan pada Rabu. Pemakaman lainnya untuk empat orang lainnya diadakan di sebuah kota di Delta Nil bagian utara.
Di antara mereka yang tewas di Libya adalah keluarga Saleh Sariyeh, seorang warga Palestina yang berasal dari kamp pengungsi Ein el-Hilweh di Lebanon yang telah tinggal di Derna selama beberapa dekade. Pria berusia 62 tahun, istri dan dua putrinya semuanya tewas ketika rumah mereka di Derna hanyut, kata keponakannya Mohammed Sariyeh.
Keempatnya dimakamkan di Derna. Karena baku tembak yang sedang berlangsung di Ein el-Hilweh, keluarga di sana tidak dapat mengadakan pertemuan untuk menerima belasungkawa dari teman dan tetangga, kata Mohammed.
Derna, sekitar 900 kilometer (560 mil) sebelah timur ibu kota, Tripoli, dikendalikan oleh pasukan komandan militer Khalifa Hifter, yang bersekutu dengan pemerintah Libya timur. Pemerintahan saingan di Libya barat, yang berbasis di Tripoli, bersekutu dengan kelompok bersenjata lainnya.
Derna pernah menjadi pusat kelompok ekstremis pada tahun-tahun kekacauan setelah pemberontakan yang didukung NATO yang menggulingkan dan membunuh diktator lama Moammar Gadhafi pada 2011.