Filipina mengumumkan demam berdarah sebagai epidemi nasional, di mana 622 orang telah meninggal sejak Januari dan jutaan lainnya dalam bahaya.
Menurut Kementerian Kesehatan Filipina, dari awal 2019 hingga 20 Juli, tercatat ada lebih dari 146.000 kasus atau dengan kata lain meningkat 98% dari periode yang sama tahun lalu.
"Adalah penting bahwa epidemi nasional dideklarasikan ... untuk mendidentifikasi di mana respons dibutuhkan, dan untuk memungkinkan unit pemerintah lokal menggunakan Dana Respons Cepat demi mengatasi situasi," ungkap Menteri Kesehatan Francisco Duque.
Sejak Juli, pejabat di Kementerian Kesehatan telah bekerja untuk memerangi penyebaran infeksi virus. Mereka mengerahkan ratusan dokter dan perawat ke rumah sakit provinsi dan kabupaten, serta menyediakan dana darurat untuk daerah yang terkena dampak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jutaan orang terinfeksi demam berdarah setiap tahunnya di seluruh dunia, diperkirakan 500.000 menderita gejala parah yang memerlukan rawat inap dan dari jumlah itu sekitar 12.500 orang meninggal dunia.
Filipina menjadi negara pertama di Asia yang menyetujui penggunaan vaksin Dengvaxia, vaksin demam berdarah pertama dan satu-satunya di dunia yang dibuat oleh perusahaan farmasi Prancis Sanofi Pateur pada 2016.
Obat itu didistribusikan kepada lebih dari 800.000 siswa sebagai bagian dari program imunisasi pemerintah berbasis sekolah, tetapi dihentikan pada 2017 setelah data uji klinis menunjukkan bahwa vaksin tersebut dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan pada pasien yang tidak terinfeksi.
Terlepas dari epidemi, juru bicara Dewan Manajemen Pengurangan Risiko Bencana Nasional Mark Timbal pada Rabu (7/8) menuturkan bahwa pemerintah tidak memiliki rencana segera untuk memperkenalkan kembali vaksin kepada publik.
Timbal menambahkan bahwa dampak buruk Dengvaxia masih diselidiki oleh pemerintah. Sementara itu, upaya saat ini akan fokus pada pemusnahan tempat-tempat pembiakan nyamuk, lewat kerja sama dengan sekolah, masyarakat dan pemerintah daerah.
"Kasus-kasus demam berdarah di Filipina secara historis melonjak setiap tiga hingga empat tahun, dan peningkatan tajam tahun ini sesuai dengan perkiraan setelah lonjakan terakhir 2016," kata Duque bulan lalu.
Demam berdarah tidak hanya menghantui Filipina, tapi juga Bangladesh. Pekan lalu, lebih dari 1.000 orang di Bangladesh didiagnosis demam berdarah dalam periode 24 jam. Saat ini sejumlah rumah sakit dilaporkan dipenuhi pasien.