Rusia dan Indonesia memperingati 70 tahun hubungan diplomatiknya lewat pameran bertajuk "Necklace of Equator" yang digelar pada 3-17 Februari di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran tersebut menampilkan 85 lukisan karya 10 seniman terkemuka Rusia yang tergabung dalam Bureau of Creative Expeditions pimpinan Vladimir Nikolaevich Anisimov.
Puluhan lukisan tersebut menggambarkan keindahan alam dan masyarakat Indonesia dari kacamata seniman Rusia yang dilukis dalam kurun 20 tahun terakhir.
"Pameran ini diberi nama 'Necklace of Equator' untuk menggambarkan Indonesia sebagai permata dunia," tutur Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam pidato pembukaan.
Dia menyatakan, pameran ini menampilkan lukisan yang mewakili perasaan cinta seniman Rusia terhadap Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Anisimov menjelaskan bahwa lukisan-lukisan tersebut adalah kaleidoskop perjalanan seniman Rusia dalam merekam kecantikan alam dan masyarakat di Pulau Jawa, Sumatra, Bali, Lombok, Kalimantan, hingga Sulawesi.
Selain lukisan, "Necklace of Equator" juga menampilkan sejumlah foto koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Departemen Sejarah dan Dokumenter Kementerian Luar Negeri Rusia.
Foto-foto yang ditampilkan antara lain kunjungan Pangeran Nikolay Alexandrovich ke Hindia Belanda pada 1891, kunjungan Presiden Sukarno ke Rusia, hingga kunjungan Perdana Menteri Rusia Nikita Kruschev ke Indonesia pada 1960.
Plt. Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan bahwa arsip foto tersebut memperlihatkan kilas balik perjalanan hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia.
Dia menambahkan, Kemlu RI dan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta bukan tanpa alasan memilih Galeri Nasional sebagai lokasi pameran.
"Mungkin banyak yang belum tahu, Presiden Sukarno memutuskan untuk membangun Galeri Nasional setelah kunjungan pertamanya ke Rusia pada 1956. Pada saat ke Rusia, beliau juga mengunjungi sejumlah galeri seni," jelas Faizasyah.
Faizasyah menyebut selama 70 tahun, hubungan kedua negara mengalami banyak pasang surut. Namun, selalu ada optimisme untuk mencapai hal baru yang menguntungkan kedua pihak.
"Hubungan bilateral Rusia dan Indonesia akan memasuki fase baru pada akhir tahun ini dengan ditingkatkan menjadi strategic partnership," jelas dia.
Senada dengan Faizasyah, Dubes Vorobieva mengatakan bahwa meskipun pernah melalui masa-masa sulit, hubungan antara kedua negara tetap berdasarkan rasa persahabatan tulus dan saling menghormati.
Menurut Dubes Vorobieva, hubungan antara Indonesia dan Rusia mulai membaik dalam dua dekade terakhir, terutama setelah Megawati Sukarnoputri menjadi presiden.
Pameran "Necklace of Equator" hanyalah salah satu dari serangkaian acara yang direncanakan untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Rusia-Indonesia.
"Ini baru permulaan, kami masih memiliki lebih banyak lagi," imbuh Dubes Vorobieva.