8 sektor utama kerja sama bilateral RI-Inggris
Merayakan 70 tahun hubungan diplomatik antara Inggris dan Indonesia, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik memaparkan delapan sektor yang selama ini menjadi fokus kerja sama kedua negara.
Pertama, sektor edukasi yang salah satunya melalui program English for Indonesia. Program tersebut merupakan hasil kerja sama British Council dengan Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia yang resmi diluncurkan pada 2 Oktober 2018.
Program itu berisi materi pembelajaran bahasa Inggris yang gratis dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
"Selain dapat diakses via online, English for Indonesia juga diakses lebih dari dua juta pengunjung melalui stasiun radio pemerintah, televisi milik negara, dan koran nasional," tutur Dubes Moazzam dalam konferensi pers perayaan 70 tahun hubungan diplomatik RI-Inggris di Kedutaan Besar Inggris, Jakarta, Selasa (12/3).
Moazzam menyatakan layanan Transnational Education British Council membangun hubungan antara universitas di Inggris dan Indonesia.
"Sebanyak 50 perjanjian di bidang pendidikan telah disepakati dalam lima tahun terakhir," lanjutnya.
Pemerintah Inggris juga mendukung fokus Indonesia pada peningkatan kejuruan pendidikan. Sebanyak 70 sarjana Indonesia meraih beasiswa Chevening per tahunnya, dengan jaringan alumni sebanyak 1.700 orang yang telah bekerja di berbagai bidang di Indonesia.
Sektor kedua yang menjadi fokus kerja sama bilateral RI-Inggris adalah ilmu pengetahuan. Dubes Moazzam mengatakan bahwa Inggris menyediakan anggaran sekitar US$23,5 juta untuk bermitra dengan Indonesia di bawah Newton Fund pada 2016 hingga 2021.
Newton Fund merupakan program pengembangan kolaboratif antara RI-Inggris di bidang penelitian dan inovasi.
Program tersebut baru membuka jalur kerja sama dengan Jakarta pada 2014, dan London menempati posisi kelima dunia dalam jumlah pendanaan penelitian di Indonesia.
Setiap tahunnya, program itu akan menghadiahkan Newton Prize kepada para ilmuwan Indonesia dengan prestasi terbaik.
"Kami memiliki penelitian bersama di bidang kesehatan dan ilmu kedokteran, keanekaragaman hayati, ketahanan bencana alam, perikanan, dan masalah penting lainnya," kata dia.
Sejak 2000, kedua negara telah menerbitkan 1.200 publikasi penelitian bersama.
Lingkungan menjadi sektor ketiga yang menjadi fokus kerja sama kedua negara. Moazzam menuturkan bahwa Inggris mendukung Rencana Pembangunan Lima Tahun Indonesia rendah karbon.
"Itu merupakan perubahan arah yang signifikan bagi negara penghasil emisi global terbesar," lanjut Moazzam.
Inggris, lanjutnya, juga telah membangun sistem nasional untuk memverifikasi bahwa kayu yang diekspor dari sejumlah negara merupakan kayu legal. Ini memungkinkan Indonesia untuk menjadi negara pertama di dunia yang memenuhi syarat akses preferensial ke pasar Uni Eropa senilai US$1 miliar per tahun.
"Kami mendukung pengenaan standar lingkungan dan keberlanjutan ke semua lembaga keuangan utama Indonesia, yang dapat mereduksi pinjaman US$106 miliar setiap tahunnya," jelas sang dubes.
Inggris turut memfasilitasi deklarasi yang dilakukan oleh dua provinsi Papua terkait Pembangunan Provinsi Berkelanjutan Hijau (Green Sustainable Development Provinces) yang berpotensi menghemat 20 juta hektar hutan hujan.
Keempat, Indonesia dan Inggris juga memusatkan perhatian hubungan bilateral pada bidang kesejahteraan.
Inggris, menurut Moazzam, telah memberikan fasilitas agar lingkungan bisnis Indonesia menjadi lebih baik, dengan mendukung upaya Indonesia untuk meningkatkan peraturan bisnis.
Sebanyak 11 Program Dana Kemakmuran sedang dikembangkan, serta promosi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, juga produktif dan layak untuk semua terus dilakukan.
"Secara keseluruhan nilai kerja sama terkait kesejahteraan antara kedua negara menyentuh US$117,7 juta, yang meliputi kolaborasi untuk energi terbarukan, pengembangan emisi rendah karbon, infrastruktur, ketahanan kota, reformasi regulasi, serta perdagangan dan transparansi," ucapnya.
Moazzam mengungkapkan bahwa kedua negara juga memperkuat hubungan dengan pemerintah daerah melalui program penjangkauan Second Cities.
Di bidang pariwisata, warga Inggris merupakan pengunjung terbesar keempat di Indonesia. Jumlah wisatawan Inggris ke Indonesia lebih banyak dari mereka yang plesir ke Amerika Serikat dan Eropa.
"Tahun 2018 ada sekitar 400.000 wisatawan, jumlah ini lebih banyak dari gabungan seluruh wisatawan Timur Tengah dan Afrika yang datang ke Indonesia," kata Moazzam.
Kelima, Inggris dan Indonesia turut meningkatkan kerja sama dalam sektor bisnis. British Chamber Of Commerce in Indonesia memperkirakan ada lebih dari satu juta pekerjaan di Indonesia yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris.
Selain itu, ada sejumlah merek Inggris lainnya yang sudah banyak dikenal publik Indonesia seperti Prudential, Standard Chartered, Marks & Spencer, Body Shop, Shell, Land Rover, Aston Martin, dan Unilever.
"Kolaborasi baru sedang dikembangkan dalam energi terbarukan, infrastruktur, penerbangan, pengelolaan limbah, pendidikan, dan perawatan kesehatan," kata Dubes Moazzam. "Termasuk MRT yang sudah memasuki fase pertama dan stadion Velodrome yang merupakan hasil kerja sama antara perusahaan Inggris, Mott MacDonald, dan MRT Jakarta." jelas Moazzam.
Keenam, kedua negara juga meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dengan menandatangani MoU di bidang siber pada 14 Agustus 2018, MoU bidang pertahanan pada 2013, dan MoU terkait kerja sama Angkatan Laut dan Maritim.
Selain itu, ada pula 12 kursus yang dibuka oleh Kementerian Pertahanan Inggris untuk anggota militer Indonesia. Kedua negara rutin mengadakan latihan bersama tentang operasi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana, serta menggelar kursus gabungan mengenai keamanan maritim.
"Kami juga menjalin kerja sama antar angkatan laut, pembicaraan pertahanan yang reguler dilaksanakan setiap dua tahun sekali, kunjungan kapal, dan latihan gabungan," lanjutnya.
Selanjutnya, sektor ketujuh yang menjadi prioritas kerja sama kedua negara adalah kolaborasi bidang keamanan. Moazzam memaparkan, lebih dari 5.000 peserta asal Indonesia mengikuti ratusan kursus keamanan yang didanai Inggris sejak 2004.
"Inggris juga bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam hal keamanan penerbangan serta membangun kapasitas untuk menghadapi ancaman perdagangan manusia di Indonesia," jelasnya.
Sektor terakhir adalah upaya untuk bekerja sama di panggung internasional.
Pemerintah kedua negara bekerja sama di Dewan Keamanan PBB dan aktif membahas isu-isu terkait Myanmar, Korea Utara, Suriah, proses perdamaian antara Israel dan Palestina, serta reformasi pemeliharaan perdamaian.