9 Fakta kerusuhan di Kosovo, NATO akan bantu terjunkan 700 tentara lagi
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan mengirim 700 tentara lagi ke Kosovo utara untuk membantu memadamkan protes kekerasan setelah bentrokan dengan etnis Serbia di sana menyebabkan 30 tentara internasional terluka, aliansi tersebut mengumumkan Selasa (30/5).
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan batalion cadangan tambahan akan disiapkan dengan kesiagaan tinggi jika pasukan tambahan diperlukan.
“Ini adalah langkah-langkah bijaksana,” kata Stoltenberg, yang membuat pengumuman di Oslo setelah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Norwegia.
1. Pengerahan Misi di Zvecan
Misi penjaga perdamaian yang dipimpin NATO yang dikenal sebagai KFOR saat ini terdiri dari hampir 3.800 tentara. Satu batalion biasanya terdiri dari 300 hingga sekitar 1.000 tentara.
Selasa pagi, penjaga perdamaian multinasional KFOR menggunakan pagar logam dan penghalang kawat berduri untuk memperkuat posisi di kota utara yang telah menjadi kacau.
Pasukan menjaga gedung pemerintah kota di Zvecan, di mana kerusuhan pada Senin membuat ketegangan meningkat dan menimbulkan kekhawatiran akan ketidakstabilan di tengah peningkatan upaya Barat untuk menyelesaikan perselisihan yang telah lama membara.
2. Kosovo tidak Diakui Serbia
Bekas provinsi Serbia, deklarasi kemerdekaan Kosovo tahun 2008 tidak diakui oleh pihak Beograd (Serbia). Etnis Albania membentuk sebagian besar populasi, tetapi Kosovo memiliki minoritas Serbia yang bergolak di utara negara yang berbatasan dengan Serbia.
Stoltenberg mengutuk kekerasan tersebut dan memperingatkan bahwa pasukan NATO akan "mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua warga negara di Kosovo."
Dia mendesak kedua pihak menahan diri dari "perilaku tidak bertanggung jawab lebih lanjut" dan untuk kembali ke pembicaraan yang didukung Uni Eropa untuk meningkatkan hubungan.
3. AS dan UE akui Kosovo
Amerika Serikat dan sebagian besar negara Uni Eropa telah mengakui kemerdekaan Kosovo dari Serbia, sementara Rusia dan China memihak Beograd. China pada hari Selasa menyatakan dukungannya untuk upaya Serbia "menjaga kedaulatan dan integritas teritorialnya", dan Moskow telah berulang kali mengkritik kebijakan Barat dalam perselisihan tersebut.
Ketegangan pertama meningkat selama akhir pekan lalu, setelah pejabat etnis Albania yang terpilih dalam pemungutan suara yang diboikot keras oleh warga etnis Serbia memasuki gedung kota. Ketika orang-orang Serbia berupaya menghadang mereka, polisi Kosovo menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sebagai tanggapan, Serbia menempatkan militer negara itu dalam keadaan siaga tertinggi dan mengirim lebih banyak pasukan ke perbatasan Kosovo. Orang-orang Serbia memprotes lagi hari Senin, mendesak walikota etnis Albania dan polisi Kosovo harus meninggalkan Kosovo utara.
4. Etnis Serbia Picu Kerusuhan
Konfrontasi semakin parah ketika orang-orang Serbia berusaha memasuki kantor kotapraja di Zvecan, 45 kilometer utara ibu kota, Pristina.
Pertama mereka bentrok dengan polisi Kosovo dan kemudian dengan penjaga perdamaian internasional yang dikerahkan di Zvecan.
Dalam pesan video yang dikeluarkan Selasa malam, Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti mengatakan walikota yang terpilih dalam pemungutan suara 23 April “adalah satu-satunya yang memiliki legitimasi untuk berada di gedung kota dan demi pelayanan warga.”
Pemicu kekerasan telah diidentifikasi, menurut perdana menteri, yang menyebutkan beberapa pengusaha Serbia mewajibkan karyawannya untuk melakukan protes.
“Di Kosovo, kekuasaan dimenangkan melalui pemilu, bukan dengan kekerasan dan kejahatan,” katanya.
5. Tanggapan Internasional
Gejolak telah memicu upaya internasional untuk menenangkan situasi.
AS dan UE baru-baru ini meningkatkan upaya mereka untuk merundingkan kesepakatan antara Serbia dan Kosovo, karena khawatir akan ketidakstabilan saat perang Rusia berkecamuk di Ukraina. UE telah menjelaskan kepada Serbia dan Kosovo bahwa mereka harus menormalkan hubungan jika ingin membuat kemajuan untuk bergabung dengan blok tersebut.
“Kami sudah memiliki terlalu banyak kekerasan di Eropa hari ini. Kami tidak dapat menanggung konflik lain,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, kepada wartawan Selasa di Brussel.
Sebagai langkah pertama untuk meredakan ketegangan, katanya, polisi Kosovo harus menangguhkan operasi yang berfokus pada gedung-gedung kota di utara, dan pengunjuk rasa yang beringas harus "mundur".
6. NATO Turun Tangan
Menanggapi kerusuhan baru-baru ini, NATO telah memutuskan untuk menambah pasukan KFOR dengan pengerahan "pasukan cadangan operasional" untuk Balkan Barat, kata sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan jumlahnya. Satuan lain akan bersiaga “agar siap memperkuat KFOR jika perlu.”
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Selasa oleh KFOR mengatakan 30 tentara -- 11 orang Italia dan 19 Hongaria -- terluka, termasuk patah tulang dan luka bakar dari alat pembakar bahan peledak improvisasi.
7. Empat Pendemo Ditahan
Tiga tentara Hongaria “terluka karena penggunaan senjata api,” tetapi luka-luka mereka tidak parah, tambah pernyataan itu.
Pejabat Serbia mengatakan 52 orang terluka, termasuk tiga luka serius. Empat pengunjuk rasa ditahan, menurut polisi Kosovo.
“Kedua belah pihak harus bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi dan mencegah eskalasi lebih lanjut, daripada bersembunyi di balik narasi palsu,” kata komandan KFOR Mayjen. kata Angelo Michele Ristuccia.
Beograd dan Pristina saling menyalahkan atas eskalasi tersebut.
8. Dubes Quint bersidang
Sementara itu, duta besar dari apa yang disebut negara-negara Quint — Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan AS — bertemu hari Senin dengan PM Kurti di Pristina dan pada hari Selasa dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic di Beograd.
Vucic kemudian juga bertemu dengan Dubes Rusia dan China di Serbia.
Dalam sebuah pernyataan dari kantornya, Vucic menyatakan "ketidakpuasan yang sangat besar dan keprihatinan yang kuat" atas apa yang dia gambarkan sebagai "toleransi" internasional terhadap tindakan Kurti yang memicu kekerasan terhadap orang Serbia.
Langkah-langkah mendesak untuk menjamin keamanan etnis Serbia di Kosovo menjadi prasyarat untuk pembicaraan di masa depan, tegas Vucic.
PM Kurti berterima kasih kepada pasukan KFOR atas “tindakan gagah berani menjaga perdamaian dalam menghadapi ekstremisme kekerasan.”
"Perbatasan antara Kosovo dan Serbia adalah salah satu tempat berbahaya di mana percikan api dapat memicu kebakaran," kata Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto.
9. Kecaman Rusia dan China
Rusia dan China sama-sama mengecam keras dukungan Barat bagi kemerdekaan Kosovo. Presiden Rusia Vladimir Putin sering mengutip "preseden" pengeboman NATO atas Serbia pada tahun 1999 untuk membenarkan pencaplokannya yang tidak sah atas sebagian wilayah Ukraina.
Konflik di Kosovo meletus pada tahun 1998 ketika separatis etnik Albania memberontak melawan pemerintahan Serbia, dan Serbia menanggapinya dengan tindakan brutal. Sekitar 13.000 orang, kebanyakan etnis Albania, meninggal.
Intervensi militer NATO pada tahun 1999 akhirnya memaksa Serbia untuk menarik diri dari wilayah tersebut dan membuka jalan bagi pembentukan misi penjaga perdamaian KFOR.(apnews)