Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi menyampaikan perkembangan misi diplomatik RI dalam sembilan pertemuan yang ada di sela sidang ke-76 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB_.
Pertama, pada High Level Meeting on 76th Anniversary of Durban Declaration and Program of Action, Retno menyampaikan jika telah meletakkan perlunya prinsip antidiskriminasi pada penanganan Covid-19. Menurutnya, semua negara perlu menghindari politisasi pandemi dan terus meningkatkan kerja sama.
Selain itu, pada pertemuan para Menlu dari negara G20, Retno mengajak untuk turut mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi di Afghanistan. “Saya tekankan masyarakat internasional harus bersatu menyampaikan harapan yang sama, yaitu terbentuknya pemerintahan yang inklusif di Afghanistan. Kedua, penghormatan hak asasi manusia, khususnya hak-hak perempuan, yang ketiga memastikan agar wilayah Afghanistan tidak dijadikan breeding dan training ground untuk kegiatan terorisme,” papar Retno dalam press briefing, Kamis (23/9).
Selanjutnya pada, pada High Level Event on Rohingya Crisis, Retno mengatakan bahwa pengungsi Rohingnya masih memprihatinkan dalam kondisi pandemi ini karena tingkat vaksinasi yang rendah. Ia menyampaikan jika perlu ada bantuan penanganan Covid-19 dari masyarakat internasional pada pengungsi Rohingnya.
Selain itu, Retno juga meminta agar masyarakat internasional memberikan dukungan pada pengungsi Rohingnya supaya dapat kembali ke Myanmar. “Di dalam konteks ini lah, saya menekankan pentingnya segera diselesaikan krisis politik yang saat ini terjadi di Myanmar, melalui implementasi five point of consensus di antaranya,” terang Retno.
Pada Global Governance Group Ministerial Meeting ke-40, Retno menyampaikan bahwa Indonesia sebagai pemimpin G20 ke depa berkomitmen untuk selalu bekerja sama dengan negara berkembang dan kepulauan, khususnya dalam memperkuat penanganan pandemi, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, serta akselerasi transformasi digital.
Kemudian saat pertemuan dengan Menlu dari Mexico, Korea Selatan, Turki dan Australia, Retno menyampaikan perkembangan bantuan ASEAN untuk krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Ia mengatakan kalau negara-negara tersebut akan turut membantu.
Selain itu, Retno juga mengusulkan apabila pertemuan MIKTA (Mexico, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia) dapat membahas kemungkinan pengaturan penyelarasan sertifikasi vaksin, PCR, dan standar protokol kesehatan.
Berikutnya, Retno juga secara singkat bertemu secara khusus dengan Menlu Australia. Ia mengingatkan kembali pada Australia atas penyelenggaraan Pacific Exposition 2021, dimana Indonesia menjadi tuan rumah. Retno mengatakan, Australia berkomitmen memberikan dukungan serta berpartisipasi pada acara tersebut.
Pertemuan ketujuh dengan Ratu Maxima (penasihat khusus Sekretaris Jenderal PBB), Retno menyampaikan apabila telah terjadi pembahasan mengenai pemberdayaan dan dukungan pada keterlibatan kelompok perempuan dalam digitalisasi ekonomi.
Setelah itu, pada pertemuan ke delapan dengan Sekretaris Jenderal OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), Retno menekankan bahwa negara-negara OKI penting mulai untuk mengirimkan bantuan kemanusian pada rakyat Afghanistan.
Pertemuan terakhir dengan Menlu Bolivia, Retno mengatakan bahwa telah terjadi penandatanganan nota kesepahaman pembentukan konsultasi bilateral.
Selain itu, ia juga mengatakan apabila Indonesia dan Bolivia telah bersepakat untuk segera menyelesaikan perundingan fasilitas bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas.