ADB, Indonesia, dan Filipina luncurkan kemitraan mekanisme transisi energi
Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Keuangan Filipina Carlos G. Dominguez, mengumumkan peluncuran kemitraan baru untuk memulai mekanisme transisi energi (Energy Transition Mechanism atau ETM) di Indonesia dan Filipina. Kemitraan ETM Asia Tenggara ini merupakan yang pertama di Asia dan Pasifik. Di mana kemitraan ini bertujuan untuk membantu percepatan transisi ke energi bersih di Asia Tenggara.
“ETM adalah rencana ambisius yang akan memperbarui infrastruktur energi Indonesia dan mempercepat transisi energi bersih menuju emisi nol bersih dengan cara yang adil dan berbiaya terjangkau,” jelas Menteri Sri Mulyani, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/11).
Selain itu, kemitraan ini didukung oleh para pejabat senior tingkat kabinet dari Denmark, Britania Raya, dan Amerika Serikat, serta sejumlah lembaga keuangan dan filantropi terkemuka dunia.
Dalam acara peluncuran tersebut, Wakil Menteri Urusan Internasional di Kementerian Keuangan Jepang Masato Kanda, menyampaikan pesannya serta mengumumkan bahwa Kementerian Keuangan Jepang memberi komitmen donasi senilai US$25 juta kepada ETM. Di mana hibah tersebut merupakan pembiayaan awal (seed financing) pertama bagi mekanisme transisi energi bersih.
“ETM dapat mentransformasi perjuangan melawan perubahan iklim di Asia dan Pasifik. Indonesia dan Filipina berpotensi menjadi pelopor dalam proses penghapusan batu bara dari bauran energi di kawasan ini yang akan berkontribusi besar bagi pengurangan emisi gas rumah kaca global dan membawa perekonomian kedua negara ini ke jalur pertumbuhan yang rendah karbon," ujar Masatsugu Asakawa.
Kemudian, Menteri Keuangan Filipina Carlos G. Dominguez mengatakan, dengan transisi menuju energi bersih di Filipina ini akan membuka lapangan pekerjaan, mendorong pertumbuhan nasional, dan menurunkan emisi global.
“ETM berpeluang mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara rata-rata sekitar 10 sampai 15 tahun," lanjut Menteri Dominguez.
Dalam kemitraan tersebut, ADB akan bekerja sama dengan pemangku kepentingan dari pemerintah untuk merintis ETM, yaitu dengan bersama-sama mengadakan studi kelayakan secara menyeluruh yang berfokus pada model bisnis optimal di tiap negara, menggabungkan sumber dana konsesi dari pemerintah donor dan filantropi yang berkoordinasi dengan berbagai dana global untuk perubahan iklim, serta memanfaatkan modal komersial untuk memicu peralihan menuju dekarbonisasi.
Hingga 2030, diperkirakan kebutuhan energi di Asia akan naik dua kali lipat. Hal tersebut dikarenakan Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang terus membangun kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara.
Sebagai informasi, sekitar 67% dari listrik di Indonesia dan 57% dari listrik di Filipina diperoleh dari pembangkit batu bara. Pada 2030, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga 29% dan memiliki target mencapai emisi bersih nol pada 2060. Di samping itu, Pemerintah Filipina baru-baru ini mengumumkan rencana untuk melakukan moratorium pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.
Lebih lanjut, ETM menjadi suatu pendekatan transformatif dengan cara pembiayaan gabungan (blended-finance), yang berupaya mempercepat waktu penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada, kemudian menggantikannya dengan kapasitas pembangkitan listrik yang bersih. Adapaun mekanisme ini terdiri atas dua pembiayaan, di antaranya yaitu pembiayan pertama dikhususkan untuk penutupan lebih dini atau pengalihan fungsi pembangkit listrik tenaga batu bara dengan jadwal yang dipercepat.
Sedangkan pembiayaan kedua berfokus pada investasi pada pembangkitan, penyimpanan, dan peningkatan jaringan listrik untuk energi bersih yang baru. Ke depannya, diharapkan bank multilateral, investor kelembagaan swasta, organisasi filantropi, dan investor jangka panjang akan menyediakan modal bagi ETM.
Dalam hal ini, ADB akan mendukung pemerintah dalam menciptakan kebijakan dan kondisi usaha yang memungkinkan peningkatan tata kelola program, pengurangan karbon, dan sasaran transisi yang adil.
Nantinya, sepanjang 2-3 tahun tersebut, ETM akan menggalang sumber daya keuangan yang diperlukan guna mempercepat penutupan lima hingga tujuh pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia dan Filipina, serta memfasilitasi investasi pada berbagai opsi energi bersih alternatif di masing-masing negara tersebut.
Selama tahap perancangan ETM, ADB dan sejumlah mitranya akan membentuk sebuah kelompok penasehat untuk memprioritaskan transisi yang adil menuju energi bersih. Bantuan teknis tersebut akan diberikan untuk pembelajaran keterampilan baru dan pengembangan mata pencaharian bagi para pekerja dan masyarakat yang terdampak.
Dalam skala penuh, ETM di Indonesia, Filipina, dan kemungkinan Viet Nam yang mana ditujukan bagi penutupan 50% dari keseluruhan pembangkit listrik tenaga batu bara, atau sekitar 30 gigawatt, selama 10 hingga 15 tahun ke depan dapat memangkas 200 juta ton emisi CO per tahun. Ini setara dengan menghilangkan 61 juta mobil dari jalan. Seiring pertumbuhannya, ETM juga berpotensi menjadi program pengurangan karbon terbesar di dunia.