Sedikitnya satu juta warga Ukraina mengungsi dalam sepekan terakhir akibat invasi yang dilancarkan negara tetangga, Rusia.
"Perdamaian merupakan satu-satunya jalan untuk menghentikan tragedi ini," ujar Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi, melansir VOA pada Jumat (4/3).
Dirinya mengaku, sudah 40 tahun bekerja mengirimkan bantuan darurat kepada pengungsi. Namun, sangat jarang menyaksikan terjadinya eksodus seperti belakangan ini di Ukraina.
Grandi mendeskripsikannya sebagai dari jam ke jam, dari menit ke menit, orang-orang melarikan diri dari aksi kekerasan yang mengerikan. Jumlah orang yang melarikan diri ke luar negeri juga tak terhitung lagi.
Kepala urusan pengungsi itu mengingatkan, jutaan orang lagi tampaknya akan terpaksa melarikan diri dari Ukraina jika konflik tidak segera diakhiri.
Grandi menegaskan, UNHCR dan badan-badan kemanusiaan lainnya bekerja sekeras. Namun, para staf juga menghadapi risiko besar untuk memenuhi kebutuhan pokok di seluruh wilayah Ukraina.
Dia pun memuji negara-negara dan masyarakat lokal yang menerima sejuta pengungsi Ukraina. UNHCR pun meningkatkan jumlah staf dan program perlindungan serta bantuan untuk para pengungsi guna mendukung pemerintah Ukraina.
"Solidaritas internasional telah membesarkan hati. Namun, tidak ada yang bisa menggantikan perlunya menyudahi konflik bersenjata ini dan menggantikannya dengan dialog dan diplomasi," tuturnya.
"Perdamaian adalah satu-satunya jalan untuk menghentikan tragedi ini," tandas Grandi.
Militer Rusia menyerang Kota Kharkiv, yang berada di sebelah timur Ukraina. Sedikitnya tiga sekolah dan sebuah katedral di kota timur laut Kharkiv hancur akibat serangan tersebut.
Beberapa toko di dekat gedung Dewan Kota juga rusak. Sementara itu, menurut laporan media lokal pada Kamis (3/3) yang dikutip Al Jazeera, puluhan bangunan tempat tinggal di distrik Okhtyrka hancur akibat ledakan artileri.
Seorang warga Kharkiv, Teras Kovolchuk (29), menyatakan, rentetan serangan udara itu terjadi sejak Selasa (1/3) pagi. Dia menerima peringatan dari pihak berwenang setempat ketika hendak menyelamatkan diri dari apartemennya di pusat Freedom Square.
"Sampai rudal menghancurkan flat saya, saya sangat yakin bahwa saya akan tinggal di Kharkiv," katanya.