Akhiri masa tugas, Dubes Inggris ungkap 5 harapan untuk Indonesia
Duta Besar Inggris Moazzam Malik telah menyelesaikan masa jabatannya setelah lima tahun bertugas di Indonesia. Perpisahannya dibarengi dengan momen perayaan HUT Ratu Elizabeth ke-93 pada Kamis (20/6).
Dalam pidato perpisahannya, dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat Indonesia.
"Pada Jumat (21/6), saya akan meninggalkan Indonesia. Merupakan kehormatan terbesar bagi saya untuk mewakili Inggris di Jakarta," tutur Dubes Moazzam di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (19/6).
Sejumlah perwakilan Pemerintah Indonesia hadir dalam acara tersebut, di antaranya Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala BKPM Thomas Lembong, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, mantan Wakil Presiden Boediono, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Wakil Menlu Abdurrahman Mohammad Fachir, Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam Alwi Shihab dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dubes Moazzam menuturkan ada begitu banyak hal yang akan dia rindukan dari Indonesia, mulai dari pemandangan alam hingga keanekaragaman budaya.
Namun, yang akan sangat dia rindukan adalah kuliner khas Indonesia. Dia bahkan mengaku sudah meminta resep tongseng kambing dari koki pribadinya di Indonesia.
"Saya akan mencoba memasak makanan Indonesia saat saya di Inggris," ungkap Moazzam.
Ternyata saat masih menetap di Inggris, Moazzam sangat gemar memasak, tetapi semenjak di Indonesia dia tidak memiliki waktu untuk melatih hobinya itu.
"Saat di Indonesia sudah susah memasak karena tidak ada waktu. Saya akan mulai memasak lagi setelah kembali ke London," lanjutnya.
Di hadapan ratusan tamu undangan, Dubes Moazzam mengenang kunjungannya ke Pesantren Gontor di Ponorogo, Jawa Timur, pada 2017. Saat itu, di depan 4.000 siswa, Moazzam berbicara tentang muslim di Inggris dan bagaimana masyarakat muslim dari kedua negara dapat membantu satu sama lain.
"Komitmen para siswa akan kebebasan telah menjadi inspirasi bagi saya. Tanpa kebebasan untuk berpikir dan bertindak, tidak akan ada institusi Islam yang maju," ungkapnya.
Diplomat Inggris itu pun menyatakan akan selalu ingat momen bercengkerama dengan para penggemar klub sepak bola asal Inggris, Liverpool, di Surabaya dan Jakarta. Terutama, ketika menyanyikan lagu kebangsaan Liverpool, "You'll Never Walk Alone", saat menonton final Liga Champions UEFA pada awal Juni.
Diplomat berusia 52 tahun itu menyatakan bahwa pengalamannya yang paling membekas adalah momen pertama kali tiba di Jakarta.
Hari pertamanya di Jakarta pada 20 Oktober 2014 bertepatan dengan pelantikan Presiden Joko Widodo. Moazzam bergabung dengan ribuan masyarakat Indonesia yang berkumpul di sekitar Bundaran Hotel Indonesia.
"Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya berbicara dengan ratusan orang yang berkumpul di sana, menunggu presiden baru mereka tiba di istana," ujarnya. "Saya melihat kegembiraan di mata mereka, ada harapan untuk masa depan Indonesia menjadi bangsa yang hebat."
Akan terus promosikan Indonesia
Meski tidak lagi menjabat sebagai Dubes Inggris, Moazzam mengatakan akan selalu mempromosikan peran Indonesia sebagai jantung Asia.
"Saya akan terus mempromosikan Indonesia bahkan saat sudah kembali ke London. Saya akan mengadvokasi Indonesia dalam apa pun yang saya lakukan," tutur Moazzam.
Selain itu, Moazzam menekankan bahwa kolaborasi merupakan hal yang penting. Indonesia, lanjutnya, membutuhkan rekan agar bisa maju lebih cepat, sebaliknya, dunia juga membutuhkan Indonesia.
"Indonesia butuh teman di dunia internasional yang mengerti apa yang terjadi di negara ini dan dapat mempromosikan prospek, potensi, dan keberhasilan Indonesia," jelas Moazzam.
Moazzam menyampaikan, pada 2014 saat dia mengadakan konferensi pers pertamanya di Jakarta, seorang jurnalis menanyakan apa yang dia harapkan dapat dicapai selama menjadi Dubes Inggris di Indonesia.
"Saya menjawab, saya harap Indonesia akan lebih berani dan tidak ragu-ragu untuk terlibat secara internasional," kata dia.
Dalam dunia yang saling terhubung, sambungnya, semua negara membutuhkan kemitraan untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan potensi satu sama lain.
Kini, Moazzam menilai Indonesia sudah jauh lebih aktif secara internasional. Namun, dia menekankan bahwa masih ada ruang untuk tumbuh dan berkembang lebih jauh.
Memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Inggris dan Indonesia, Moazzam menuturkan kedua negara memiliki persahabatan yang luar biasa. Menurutnya, hubungan antara masyarakat, universitas, dan komunitas bisnis Inggris dan Indonesia telah berkembang pesat selama lima tahun terakhir.
Selain itu, menurutnya volume perdagangan kedua negara selama lima tahun terakhir naik sebesar 20%. Kamar Dagang Inggris memperkirakan satu juta lapangan kerja Indonesia didukung oleh bisnis dan investor Inggris.
Dalam lima tahun masa jabatannya, Dubes Moazzam memaparkan bahwa ada beberapa kunjungan kemitraan yang penting bagi kedua negara. Pada 2015, David Cameron yang saat itu masih menjabat sebagai perdana menteri mengunjungi Jakarta. Kemudian disusul oleh kunjungan Presiden Joko Widodo ke London pada 2016.
"Selama lima tahun ini, kami telah menandatangani 14 nota kesepahaman (MoU) terkait sejumlah isu mulai dari antariksa, olahraga, pendidikan, industri kreatif, hingga energi terbarukan," jelasnya.
Pada Selasa (18/6), Kedutaan Besar Inggris menandatangani MoU dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk kolaborasi dalam mengembangkan pembangunan rendah karbon di Indonesia.
"Inggris ingin membantu Indonesia mengurangi emisi karbon karena perubahan iklim merupakan salah satu tantangan besar dunia yang harus dihadapi bersama," lanjutnya.
Tidak hanya itu, pada Selasa, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga berada di London untuk bertatap muka dengan Menlu Inggris Jeremy Hunt dan Wakil Perdana Menteri Inggris David Lidington.
"Kami menandatangani MoU kerja sama di bidang maritim dan berdiskusi mengenai situasi di Afghanistan, Myanmar, kolaborasi di G20, PBB, Dewan Keamanan PBB, dan persoalan keamanan siber," jelas Moazzam. "Sangat jelas bahwa Indonesia dan Inggris memiliki kemitraan yang sangat erat."
5 harapan untuk Indonesia
Dalam pidato perpisahannya, Dubes Moazzam menyampaikan lima harapan untuk hubungan Inggris dan Indonesia selama lima tahun ke depan.
Pertama, Moazzam berharap Indonesia dapat memperdalam nilai-nilai demokrasi. Menurutnya, kualitas demokrasi bangsa dapat dinilai dari seberapa sejahtera minoritas di negara tersebut.
"Ada risiko nyata di Indonesia bahwa mayoritas dapat merusak kualitas demokrasi, reputasi toleransi, serta keragaman di dalam negeri," jelasnya.
Yang kedua, dia ingin Indonesia mendorong reformasi ekonomi. Keterbukaan ekonomi, lanjutnya, akan melahirkan kerja sama internasional yang dapat menciptakan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
"Keterbukaan ekonomi juga menjadikan perusahaan Indonesia semakin kompetitif dan mampu bersaing di panggung dunia," tuturnya.
Peningkatan kualitas pendidikan menjadi harapan ketiga Moazzam bagi Indonesia.
"Pada akhirnya, daya saing Indonesia tergantung pada sumber daya manusia. Sayangnya, universitas dari Indonesia belum tercantum dalam daftar 200 universitas teratas di dunia, itu harus berubah," tegasnya.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, menurutnya Indonesia perlu melanggengkan kolaborasi program edukasi dengan universitas-universitas Inggris.
Selain itu, Dubes Moazzam mendesak agar masyarakat Indonesia mempelajari Bahasa Inggris sejak dini. Pasalnya, mayoritas dari universitas terbaik di dunia menggunakan Bahasa Inggris.
"Kemampuan berbahasa Inggris adalah persyaratan penting untuk mendapatkan pengetahuan," lanjut Moazzam.
Keempat, diplomat itu berharap Indonesia lebih sadar atas persoalan perubahan iklim. Sebagai negara yang diprediksi akan menjadi ekonomi terbesar keenam dunia pada 2023, Indonesia perlu mengatasi isu lingkungan di dalam negeri.
"Sekarang Indonesia masih menjadi penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kelima di dunia," ungkapnya.
Kelima, Moazzam ingin agar Indonesia lebih aktif lagi di panggung internasional. Menurutnya, dunia membutuhkan Indonesia untuk terlibat dalam pembahasan-pembahasan internasional, bekerja sama dengan mitra global untuk menyelesaikan perbedaan secara damai.
"Kami membutuhkan keterlibatan para pemimpin Anda di Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB, G20, dan di forum-forum internasional lainnya," jelas Moazzam.
Bersantai sejenak
Menjadi Dubes Inggris di Indonesia merupakan penugasan perdana Moazzam di Kementerian Luar Negeri Inggris. Moazzam menegaskan dirinya bukan diplomat karier. Setelah masa jabatannya berakhir, dia akan kembali ke London untuk beristirahat sejenak.
"Sehabis itu mungkin saya akan bekerja untuk pemerintah lagi, tapi belum tahu apakah di Kemlu Inggris atau kementerian lainnya. Mungkin saya akan kembali ke kementerian tempat saya bekerja sebelum ini, Kementerian Pembangunan Internasional," ucapnya.
Sebelum pulang ke London, Moazzam dan keluarganya berencana untuk berlibur selama dua hingga tiga pekan di Turki.
"Lalu saat sudah di London pasti saya akan sibuk bertemu dengan saudara dan teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa dengan saya," kata Moazzam.
Selain itu, Moazzam dan istrinya, Rachel, juga berencana untuk merenovasi rumah mereka di London yang selama lima tahun ini tidak ditempati.
Moazzam menuturkan bahwa dia memulai beberapa hobi baru saat di Indonesia, termasuk bermain tenis. Dia mengatakan akan melanjutkan hobinya itu di London.
Dubes Moazzam mengaku sangat khawatir akan cepat lupa dengan kosakata Bahasa Indonesia. Maka itu, dia bertekad untuk terus melatih kemampuan berbahasanya.
"Mungkin saya akan terus membaca twit atau unggahan media sosial lainnya yang menggunakan Bahasa Indonesia, khususnya bahasa gaul," ujarnya.
Sambil bergurau, Moazzam mengatakan akan meminta Duta Besar RI di Inggris Rizal Sukma untuk sesering mungkin mengundangnya ke acara-acara Kedutaan Besar Indonesia.
"Tentu supaya saya bisa terus melatih Bahasa Indonesia," katanya seraya tertawa.