CEO perusahaan teknologi Tesla Elon Musk telah mengakuisisi 9% saham di Twitter. Saat ini Musk adalah pemegang saham terbesar untuk platform media sosial tersebut.
Dilansir Associated Press, Selasa (5/4), tujuan Musk mengakuisisi saham senilai 3 miliar dolar tersebut tidak begitu jelas. Namun, pada akhir Maret, Musk, yang memiliki 80 juta pengikut Twitter dan aktif di situs tersebut, mempertanyakan kebebasan berbicara dan apakah platform tersebut merusak demokrasi.
Di tahun-tahun sebelumnya, Twitter dan platform media sosial lainnya telah mendapat kecaman karena mengizinkan pidato dengan konten sensitif bertebaran. Platform tersebut menjadi tempat untuk ujaran kebencian, pelecehan rasial, dan hasutan.
Tidak jelas kapan Musk membeli saham itu. Pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa AS yang dipublikasikan pada Senin (4/4) mengatakan peristiwa yang memicu pembelian saham terjadi pada 14 Maret.
Analis industri dan pakar hukum Angelo Zino mengatakan Musk dapat mulai mengadvokasi perubahan di Twitter. Pendiri Twitter Jack Dorsey mengundurkan diri sebagai CEO pada November tahun lalu. Saham Musk di Twitter sekarang lebih dari empat kali ukuran Dorsey, yang telah menjadi pemegang saham individu terbesar.
"Investasi Musk yang sebenarnya adalah persentase yang sangat kecil dari kekayaannya, dan pembelian habis-habisan tidak boleh dikesampingkan," tulis Zino, yang meliput Twitter dan media sosial.
“Musk bisa melihat Twitter sebagai investasi dengan pertumbuhan besar di masa depan, atau dia bisa memiliki alasan noninvestasi untuk membelinya,” kata Erik Gordon, seorang profesor hukum dan bisnis di University of Michigan. Lebih lanjut, Gordan menyebutkan jika Musk benar-benar memiliki Twitter, para pengguna bisa berharap dia memberangus disinformasi yang banyak bertebaran di media sosial tersebut.
Musk belum berbicara secara khusus tentang perubahan aturan Twitter yang mungkin dia dorong. Namun, raksasa teknologi media sosial Facebook telah mendeklarasikan kebebasan berbicara.