Alberto Fernandez, calon presiden yang berhaluan kiri tengah, keluar sebagai pemenang dalam Pilpres Argentina. Fernandez berhasil memperoleh lebih dari 45% suara yang dibutuhkan, mengalahkan petahana yang berlatarbelakang konservatif, Mauricio Macri.
Pada Minggu (27/10), Macri mengakui kekalahannya. Dalam ucapan selamat kepada Fernandez dia mengatakan telah mengundang mantan rivalnya itu ke istana presiden pada Senin (28/10) untuk membahas transisi yang teratur.
Menurut Reuters, Fernandez menuturkan bahwa dia akan berkolaborasi dengan Macri dengan berbagai cara.
Dengan lebih dari 90% surat suara telah dihitung, Fernandez mendapat 47,79%. Sementara, Macri memperoleh 40,71%.
Di markas pemenangannya, para pendukung Fernandez menyuarakan harapan mereka bagi Argentina baru.
"Kegembiraan dan harapan yang kami rasakan muncul karena kami tahu bahwa pemerintah yang memikirkan rakyat sudah kembali," kata Paola Fiore (35) kepada Reuters.
Pemungutan suara diadakan di tengah krisis ekonomi yang menyebabkan sepertiga penduduk hidup dalam kemiskinan.
Macri berjanji untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi kondisi dinilai semakin memburuk selama empat tahun pemerintahannya. Para pendukungnya mengatakan, Macri mewarisi ekonomi yang hancur ketika berkuasa dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menanganinya.
Adapun Fernandez menuturkan bahwa dia akan bermain aman secara finansial. Tetapi lawan-lawannya merasa prihatin atas pasangannya, mantan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner.
Fernandez de Kirchner dilabeli oleh pendukungnya sebagai Eva Peron di era modern, yang memperjuangkan orang miskin dengan program kesejahteraan. Tapi sosoknya juga dituduh pemecah belah, korup dan tidak bertanggung jawab secara ekonomi.