Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, akan mendukung restrukturisasi utang Sri Lanka dan memperluas jaminan pembiayaan ke negara kepulauan yang dilanda krisis itu.
Dilansir dari Reuters, Rabu (7/9), Sri Lanka mencapai kesepakatan awal pekan lalu dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pinjaman sekitar US$2,9 miliar. Kesepakatan itu diambil demi memerangi jalan keluar dari krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari tujuh dekade.
"Amerika Serikat, sebagai kreditur, siap untuk berpartisipasi dalam restrukturisasi utang Sri Lanka," kata Yellen dalam suratnya.
Dia juga meminta semua kreditur bekerja sama sepenuhnya dalam negosiasi dan restrukturisasi. Untuk mendukung pembicaraan Sri Lanka dengan IMF, Departemen Keuangan AS akan terlibat dengan lembaga pemerintah AS lainnya, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia.
Sebelumnya, pemerintah Sri Lanka telah mengatakan AS akan mendukung upaya restrukturisasi tersebut. Gejolak keuangan Sri Lanka, terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948. Kondisi itu berasal dari salah urus ekonomi serta pandemi Covid-19 yang telah menghapus industri pariwisata sebagai pendapatan utamanya.
Warga Sri Lanka telah bergulat dengan kekurangan bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnya selama berbulan-bulan. Hal itu juga memicu protes yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berujung pada pemaksaan perubahan struktur pemerintahan.
Krisis memuncak pada Juli 2022 ketika presiden saat itu Gotabaya Rajapaksa yang dituduh melakukan salah urus ekonomi melarikan diri dari negara dan mengundurkan diri. Kemudian, dia digantikan oleh Ranil Wickremesinghe.
Namun, anggota parlemen veteran itu menghadapi perjuangan berat untuk menstabilkan ekonomi, yang telah diterpa inflasi tahunan hingga mencapai hampir 65% sampai sekarang.