Donald Trump mencabut sanksi yang sembilan hari lalu dijatuhkan pada Turki setelah negara itu melancarkan serangan terhadap pasukan Kurdi di Suriah utara.
"Sanksi akan dicabut kecuali terjadi sesuatu yang tidak kita sukai," ujar Trump di Gedung Putih, Rabu (23/10).
Dia mengatakan, Turki telah meyakinkannya bahwa mereka akan menghentikan pertempuran di Suriah dan membuat gencatan senjata menjadi permanen.
Trump menuturkan AS akan mempertahankan sejumlah kecil pasukannya di sejumlah bagian di Suriah untuk melindungi instalasi-instalasi minyak.
Dia juga mendesak Turki untuk berkomitmen mengamankan anggota ISIS dan memastikan kelompok teroris tidak mencaplok kembali wilayah Suriah mana pun. Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS sebelumnya menuturkan bahwa lebih dari 100 tahanan ISIS telah melarikan diri sejak serangan Turki dimulai. Hingga kini mereka belum ditemukan.
Kementerian Keuangan Amerika Serikat kemudian mengonfirmasi bahwa sanksi yang dijatuhkan pada 14 Oktober terhadap Menteri Pertahanan dan Energi Turki, serta tiga pejabat senior lainnya, telah dicabut.
Keputusan Trump datang setelah Rusia dan Turki sepakat memperpanjang gencatan senjata di sepanjang perbatasan Suriah.
Trump memuji kesepakatan yang diraih Rusia-Turki pada Selasa (21/10) sebagai kesuksesan besar. Baik Moskow maupun Ankara setuju untuk memfasilitasi pemindahan pasukan Kurdi dari daerah di sepanjang perbatasan Suriah.
Turki ingin menciptakan zona aman seluas 30 kilometer di sepanjang perbatasan sisi Suriah yang bebas dari pasukan Kurdi. Ankara mau memindahkan dua juta pengungsi perang Suriah yang sekarang sedang mereka tampung ke zona aman itu.
Kesepakatan yang disetujui oleh Presiden Vladimir Putin dan Presiden Recep Tayyip Erdogan itu juga menetapkan rencana patroli bersama Turki-Rusia di sepanjang perbatasan mulai minggu depan.
Mazloum Abdi, komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, secara terbuka berterima kasih kepada Trump melalui Twitter. Dia menyebut, sang presiden telah berjanji untuk mempertahankan kemitraan mereka.
Dalam sebuah pernyataan, SDF mengatakan bahwa Abdi juga berterima kasih kepada Menteri Pertahanan Rusia karena menyelamatkan Kurdi dari bencana perang. Namun, dia menyatakan keberatan atas beberapa poin dari kesepakatan Rusia-Turki tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Serangan Turki pada 9 Oktober dimulai setelah Trump tiba-tiba memutuskan untuk menarik pasukan AS dari Suriah utara.
Setelah penarikan pasukan AS, Ankara segera melakukan agresi militer terhadap militan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang mereka anggap sebagai organisasi teroris.
Trump dikecam keras oleh anggota parlemen dari Partai Demokrat dan Partai Republik atas penarikan militer yang mendadak. Menurut mereka, Kurdi, yang menjadi target Turki, merupakan sekutu penting Washington dalam perang melawan ISIS di Suriah.
PBB mencatat, lebih dari 176.000 orang di Suriah, termasuk hampir 80.000 anak-anak, telah terlantar akibat serangan Turki.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), sekitar 120 warga sipil tewas dalam pertempuran itu, bersama dengan 259 pejuang Kurdi, 196 pemberontak Suriah yang didukung Turki dan tujuh tentara Ankara.
Pihak berwenang Turki menyebut, 20 warga sipil mereka tewas dalam serangan di wilayahnya oleh militan YPG.