Anggota parlemen (Knesset) sayap kanan Israel, pada hari Minggu (8/7) mengunjungi kompleks suci di Yerusalem yang oleh umat muslim dikenal sebagai al-Haram, namun kaum Yahudi menyebutnya Temple Mount. Ini merupakan kali pertama sejak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mencabut larangan kunjungan tiga tahun lalu.
Di antara para pengunjung termasuk di antaranya Menteri Pertanian Uri Ariel yang merangkap anggota Knesset asal partai HaBayit HaYehudi dan anggota Sharren Haskel asal Likud. Demikian seperti dikutip dari Haaretz, Senin (9/7).
Kunjungan ini terjadi setelah PM Netanyahu dilaporkan mengatakan kepada juru bicara Knesset Yuli Edelstein pekan lalu bahwa anggota parlemen dapat kembali mendatangi Temple Mount secara reguler, selama mereka tidak melakukannya lebih dari satu kali dalam tiga bulan. Mereka juga diharuskan mengoordinasikan kunjungan tersebut dengan aparat keamanan.
Selain itu, politikus Israel dilarang memberikan pernyataan publik selama kunjungan dan mereka tidak diperkenankan didampingi oleh media.
Politikus Yahudi Israel diizinkan datang selama waktu yang ditetapkan bagi umat Yahudi, yakni antara 07.30-11.00 pada hari kerja. Sementara, politikus Arab dibolehkan berkunjung ke Temple Mount 30 menit setelah kunjungan kaum Yahudi, tanpa ada batasan waktu lebih lanjut.
"Karena keinginan untuk meletakkan Temple Mount di luar wilayah politik, tidak diizinkan memberikan pidato atau wawancara dengan media selama kunjungan, termasuk di gerbang pintu masuk, juga dilarang masuk atau menghadiri pertemuan di kantor Waqf Temple Mount. Anggota parlemen tidak diizinkan untuk menemani tamu VIP di Temple Mount, baik dari Israel maupun luar negeri," ujar seorang pejabat Knesset.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai Israel dengan Yordania melalui mediasi Amerika Serikat, selama tiga tahun terakhir, PM Netanyahu telah sangat membatasi akses anggota parlemen ke kompleks tersebut.
Kesepakatan itu dicapai menyusul gelombang serangan Palestina di Yerusaken pada 2014 dan 2015, yang dipicu oleh klaim bahwa Israel berencana mengubah status quo situs suci tersebut.
Pembatasan secara signifikan membatasi kunjungan anggota parlemen ke Temple Mount. Namun selama dua tahun terakhir, dua anggota parlemen, yakni Yehuda Glick dari partai Likud dan Shuli Moalem-Refaeli dari HaBayit HaYehudi berhasil mengunjungi situs tersebut tanpa memicu polemik.
Glick dilaporkan mengunjungi Temple Mount sebanyak tiga kali, sementara Moalem-Refaeli melakukannya sekali.
Pada awal bulan ini, PM Israel memang bertemu dengan Raja Yordania Abdullah II. Meski demikian tidak diketahui apakah keduanya membahas persoalan kunjungan anggota parlemen ke Temple Mount.
Tahun lalu, dilaporkan terjadi peningkatan jumlah pengunjung Yahudi ke Temple Mount. Menurut organisasi Yeraeh, lebih dari 22.000 Yahudi telah mengunjungi situs suci tersebut sejak libur Rosh Hashanah pada September 2017.
Itu merupakan jumlah tertinggi sejak Israel menguasai situs Temple Mount pada 1967.
Sementara itu, The Jerusalem Post melaporkan bahwa tiga anggota parlemen, yakni Yehuda Glick dan Amir Ohana (Likud) dan Shuli Mualem-Rafaeli akan mengunjungi Temple Mount pada Senin (9/7) pukul 08.00 waktu setempat.