Seorang pria Inggris meninggal pada Sabtu (25/5), beberapa menit setelah mencapai puncak Gunung Everest. Dengan demikian total korban jiwa pada pendakian di Musim Semi ini mencapai 10 orang.
Robin Haynes Fisher (44) dilaporkan jatuh sakit saat turun dari puncak. Sebelumnya, pada Jumat (24/5), seorang pria Irlandia, Kevin Hynes (56), juga meninggal di Everest.
Nepal menghadapi pengawasan ketat karena merilis 381 izin untuk mendaki Everest pada Musim Semi kali ini, di mana masing-masing senilai US$11.000.
Ada laporan bahwa jalur pendakian terlalu padat dan mengantre di dekat puncak.
Sebuah foto yang memperlihatkan antrean para pendaki di Everest telah dibagikan secara luas di media sosial pada pekan ini.
Menurut perusahaan ekspedisi yang memandunya, Fisher mencapai puncak Everest pada Sabtu pagi. Dia ambruk dan meninggal hanya 150 meter dari puncak.
"Para pemandu mencoba untuk menolong Fisher setelah dia terjatuh tiba-tiba," kata Murari Sharma dari Everest Parivar Expedition.
Meski sudah berupaya untuk dibangunkan dan diberikan oksigen serta air, Fisher tetap tidak responsif dan para pemandu menghubungi markas mereka untuk mengonfirmasi bahwa pria itu meninggal dunia hanya 45 menit setelah mencapai puncak gunung.
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa salah satu pemandunya yang merupakan seorang Sherpa juga mengeluhkan sakit. Kemudian dia diselamatkan ke kamp yang lebih rendah.
Adapun Hynes yang merupakan ayah dari dua anak meninggal di tendanya yang berada pada ketinggian 7.000 meter setelah berbalik sebelum mencapai puncak gunung.
Kematian lain yang terjadi pada pekan ini menimpa empat orang dari India, satu dari Nepal, seorang berkebangsaan Austria dan seorang lainnya asal Amerika Serikat.
Hynes bukan pria Irlandia pertama yang tewas dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya ada Séamus Lawless yang diduga meninggal karena terjatuh pekan lalu.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, keluarganya mengatakan bahwa pencarian jasadnya telah dibatalkan agar tidak membahayakan orang lain.
Mengapa ada begitu banyak kematian?
Direktur Jenderal Kementerian Pariwisata Nepal Dandu Raj Ghimire mengatakan sebanyak 381 pendaki telah naik ke Everest pada Musim Semi kali ini.
Musim itu berlangsung sekitar tiga bulan dan umumnya berlangsung dari bulan Maret hingga Mei. Biasanya ini merupakan saat ketika cuaca relatif lebih hangat, pandangan lebih jelas dan kemungkinan salju dan hujan turun lebih rendah.
Namun, kondisi tahun ini lebih buruk dari biasanya. Angin kencang membuat sejumlah besar pendaki memiliki waktu yang sempit untuk mencapai puncak.
Hal itu telah menyebabkan antrean mengular di titik-titik sulit di gunung, membuat pendaki terpapar kondisi fisik berat lebih lama dari yang diperkirakan.
Meningkatnya jumlah orang yang mendaki dan sekarat di Everest telah memicu seruan agar pemberian izin dibatasi.
Jumlah orang yang mendaki Everest pada 2019 dapat melebihi rekor tahun lalu, yakni 807 orang yang mencapai puncak.