close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny. Twitter/@Navalny
icon caption
Kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny. Twitter/@Navalny
Dunia
Selasa, 02 Maret 2021 18:56

AS berniat sanksi Rusia atas kasus peracunan Navalny

Keputusan Biden untuk menjatuhkan sanksi mencerminkan sikap yang lebih keras daripada yang diambil oleh pendahulunya, Trump.
swipe

Amerika Serikat diperkirakan akan menjatuhkan sanksi paling cepat pada Selasa (2/3) terhadap individu di Rusia yang terkait dengan peracunan kritikus Kremlin, Alexei Navalny. Kabar tersebut disampaikan pada Senin (1/3) oleh dua sumber anonim yang mengetahui masalah itu.

Keputusan Presiden AS Joe Biden untuk menjatuhkan sanksi atas keracunan Navalny mencerminkan sikap yang lebih keras daripada yang diambil oleh pendahulunya, Donald Trump, yang membiarkan insiden Agustus lalu berlalu tanpa menerapkan hukuman apa pun.

Sumber tersebut menolak untuk mengidentifikasi target atau otoritas hukum yang akan digunakan Washington untuk menjatuhkan sanksi atas kasus peracunan Navalny.

Navalny jatuh sakit dalam penerbangan di Siberia pada Agustus 2020 dan kemudian diterbangkan ke Jerman, di mana dokter menyimpulkan dia telah diracuni dengan agen saraf ilegal.

Sumber tersebut mengatakan bahwa AS diharapkan untuk bertindak di bawah dua perintah eksekutif yakni 13661, yang dikeluarkan setelah invasi Rusia ke Krimea dan 13382, yang dikeluarkan pada 2005 untuk memerangi proliferasi senjata pemusnah massal.

Kedua perintah tersebut memungkinkan Washington membekukan aset mereka yang menjadi target dan secara efektif melarang perusahaan dan individu AS untuk berurusan dengan mereka.

Sumber tersebut menambahkan, pemerintahan Biden juga berencana untuk bertindak di bawah UUU Pengendalian Senjata Kimia dan Biologi AS dan Penghapusan Peperangan 1991.

Lebih lanjut, sumber yang sama menuturkan bahwa beberapa orang akan menjadi sasaran dalam sanksi yang akan diumumkan paling cepat pada Selasa. Namun, kedua sumber anonim menolak menyebutkan nama mereka atau mengatakan sanksi lain apa yang mungkin akan diterapkan terhadap mereka.

Sebagian besar negara Barat meyakini Navalny diracuni dengan agen saraf, tetapi Kremlin membantah berperan dalam upaya tersebut dan mengatakan tidak melihat bukti bahwa dia diracuni.

Setelah menjalani perawatan di Jerman, Navalny kembali ke Rusia pada Januari. Dia ditangkap dan kemudian dijatuhi hukuman lebih dari dua setengah tahun penjara atas pelanggaran yang menurutnya "dibuat-buat".

Biden bulan lalu menyebut penahanan Navalny sebagai tindakan bermotivasi politik dan menyerukan pembebasannya. 

Presiden Biden telah menjanjikan pendekatan baru yang lebih tangguh terhadap Moskow, dengan mengatakan AS tidak akan lagi takut dalam menghadapi tindakan agresif Rusia.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan