Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, sanksi Barat terbaru terhadap Rusia telah disiapkan sejak lama dan tidak mungkin dicabut.
"Kecepatan mereka dan volumenya menunjukkan bahwa sanksi itu tidak dibuat dalam semalam. Sanksi ini tidak mungkin dicabut," kata Lavrov dalam sebuah wawancara dengan penyiar Prancis TF1.
Lavrov mencatat, setelah pengungkapan ini, jelas bahwa prioritas utama Barat bukanlah membela rezim Ukraina, yang ia gambarkan sebagai "alat tawar-menawar" belaka, tetapi tentang membatasi perkembangan Rusia. Menurut diplomat itu, AS menganggap Rusia sebagai hambatan untuk tujuannya mendirikan dunia unipolar-sebuah visi “yang diproklamirkan Washington dengan persetujuan Eropa.”
Menurutnya, Barat juga acuh tak acuh terhadap fakta bahwa Ukraina secara terbuka menolak untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendesak implementasi Minsk Accords yang ditandatangani oleh Prancis dan Jerman.
Pada saat yang sama, Lavrov mencatat bahwa membebaskan Donbass tetap menjadi prioritas utama.
Rusia meluncurkan operasi militer bulan lalu dengan tujuan untuk mengakhiri kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Ukraina terhadap warga sipil selama serangan delapan tahun terhadap Donbass.
Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa selama delapan tahun, orang-orang di Donbass telah menjadi sasaran apa yang disebutnya "genosida" oleh rezim Kiev.
Uni Eropa mengajukan revisi paket sanksi terkait larangan impor minyak dari Rusia yang meminta pengecualian untuk minyak yang disalurkan lewat pipa untuk memenuhi keberatan Hungaria. Dilansir Bloomberg pada Minggu (29/5), menurut sumber anonim, Komisi Eropa mengirimkan pengajuan revisi kepada pemerintah nasional pada Sabtu. Mereka meminta pengecualian larangan minyak melalui pipa raksasa Druzhba yang menjadi sumber utama Hungaria untuk impor minyak mentah.
Blok itu akan meninggalkan impor minyak mentah seaborne dalam enam bulan dan produk minyak sulingan dalam delapan bulan.
Sumber: sputniknews.com/