close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan setelah menandatangani fase satu dari kesepakatan dagang di Ruang Timur, Gedung Putih. REUTERS/Kevin Lamarque
icon caption
Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Presiden AS Donald Trump berjabat tangan setelah menandatangani fase satu dari kesepakatan dagang di Ruang Timur, Gedung Putih. REUTERS/Kevin Lamarque
Dunia
Kamis, 16 Januari 2020 10:30

AS-China teken fase pertama kesepakatan dagang

Pihak China menyebut fase pertama kesepakatan tersebut menguntungkan kedua belah pihak.
swipe

Amerika Serikat dan China telah menandatangani fase pertama kesepakatan dagang pada Rabu (15/1). Presiden Donald Trump mengatakan bahwa pakta itu akan transformatif bagi perekonomian AS.

Sementara itu, perwakilan China menyebut fase pertama kesepakatan tersebut menguntungkan kedua belah pihak dan akan membantu membina hubungan yang lebih baik antara kedua negara.

Dalam fase pertama kesepakatan dagang, China berkomitmen untuk meningkatkan impor AS setidaknya US$200 miliar dengan rincian mendongkrak impor pertanian sebesar US$32 miliar, manufaktur US$78 miliar, energi US$52 miliar dan jasa US$38 miliar.

China pun sepakat untuk mengambil lebih banyak tindakan untuk melawan praktik pemalsuan dan memudahkan perusahaan untuk mengambil langkah hukum atas pencurian rahasia dagang.

Terkait tarif, AS akan memangkas setengah dari tarif yang diberlakukan pada 1 September atas produk China senilai US$120 miliar menjadi 7,5%. Tarif AS sebesar 25% atas produk China senilai US$250 miliar yang diberlakukan sebelumnya tidak akan berubah, namun Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin para Rabu mengatakan bahwa itu dapat dibatalkan sebagai bagian dari negosiasi fase dua.

Ada pun tarif yang dijadwalkan mulai berlaku pada 15 Desember 2019 atas produk China senilai hampir US$160 miliar ditangguhkan tanpa batas waktu. Demikian pula balasan China atas rencana penerapan tarif 15 Desember.

Masih adanya penerapan tarif membuat kalangan bisnis menyerukan pembicaraan lebih lanjut.

"Ada banyak yang harus dilakukan ke depan," kata Jeremie Waterman, presiden China Center di Kamar Dagang AS. "Intinya adalah, mereka harus menikmati hari ini tetapi jangan terlalu lama kembali ke meja perundingan."

Washington dan Beijing telah terlibat dalam perang tarif sejak 2018. Perselisihan dua raksasa ekonomi dunia itu telah mengganggu arus perdagangan, menghambat pertumbuhan ekonomi global, dan memicu keresahan di kalangan investor.

Dalam penandatanganan yang dilakukan di Gedung Putih, Trump menyatakan bahwa fase pertama kesepakatan dagang menyiapkan panggung bagi hubungan yang lebih kuat antara AS dan China.

"Bersama-sama kita memperbaiki kesalahan masa lalu dan memberikan keadilan ekonomi dan keamanan bagi masa depan," kata Trump. "Jauh melampaui kesepakatan, ini akan mengarah pada perdamaian dunia yang lebih kuat."

Wakil Perdana Menteri China Liu He, yang memimpin delegasi Tiongkok, mengungkapkan bahwa fase satu kesepakatan dagang berakar pada kesetaraan dan saling menghormati. Dalam kesempatan ini, dia juga membela model ekonomi negaranya.

"China telah mengembangkan sistem politik dan model pembangunan ekonomi yang sesuai dengan realitas nasionalnya," ujar Liu. "Ini tidak berarti bahwa China dan AS tidak bisa bekerja sama. Sebaliknya, kedua negara memiliki kepentingan komersial yang sangat besar. Kami berharap kedua belah pihak akan mematuhi dan menjaga kesepakatan ini dengan sungguh-sungguh."

Lebih lanjut, Trump berjanji pemerintahannya akan membahas isu-isu lain seperti subsidi China bagi perusahaan-perusahaan domestik dalam negosiasi berikutnya.

AS menuduh China menjalankan praktik bisnis yang tidak adil, termasuk dengan memberikan subsidi bagi bisnis domestik dan menerapkan aturan-aturan yang membuat perusahaan-perusahaan AS sulit beroperasi di negara itu.

Charles Kane, seorang dosen di MIT Sloan School of Management, menilai bahwa Trump memanfaatkan China sebagai "kambing hitam". Negosiasi serius berikutnya diperkirakan tidak akan berlangsung hingga Pilpres AS 2020 selesai.

"Dia menggunakan perang dagang sebagai senjata politik," imbuhnya. (BBC dan Reuters)

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan