close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Iran.Pixabay
icon caption
Ilustrasi Iran.Pixabay
Dunia
Jumat, 19 Februari 2021 12:00

AS siap kembali bahas kesepakatan nuklir dengan Iran

Perjanjian tersebut bertujuan untuk mencegah Teheran memiliki teknologi nuklir yang dapat dikembangkan menjadi senjata.
swipe

Amerika Serikat pada Kamis (17/2) mengatakan bahwa mereka siap untuk kembali berbicara dengan Iran agar kedua negara kembali ke perjanjian nuklir 2015 (JCPOA).

Perjanjian tersebut bertujuan untuk mencegah Teheran memiliki teknologi nuklir yang dapat dikembangkan menjadi senjata.

Para pakar menilai langkah ini merupakan upaya AS untuk kembali ke JCPOA yang ditinggalkan Washington sendiri hampir tiga tahun lalu.

Langkah tersebut mencerminkan perubahan dalam pemerintahan AS, dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menekankan posisi Presiden Joe Biden bahwa Washington akan kembali bergabung dalam JCPOA jika Teheran sepenuhnya mematuhi kesepakatan tersebut.

Iran bereaksi dingin terhadap gagasan tersebut, yang dikemukakan oleh Blinken selama pertemuan video dengan para Menteri Luar Negeri Inggris, Prancis, dan Jerman, kelompok yang dikenal sebagai E3, saat berkumpul di Paris.

"Jika Iran kembali mematuhi komitmennya di bawah JCPOA, AS akan melakukan hal yang sama dan siap untuk terlibat dalam diskusi dengan Iran menuju tujuan itu," kata pernyataan bersama dari keempat negara itu.

Iran mulai melanggar ketentuan JCPOA pada 2019, sekitar setahun setelah mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut dan menerapkan kembali sanksi ekonomi AS terhadap negara itu.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Washington akan menanggapi secara positif setiap undangan Uni Eropa terkait pembicaraan antara Iran dan lima negara besar lainnya yang juga terlibat dalam JCPOA yakni Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia.

"Kami siap untuk hadir jika pertemuan seperti itu akan berlangsung," kata pejabat itu kepada Reuters.

Namun, masih belum jelas apakah pembicaraan akan dilakukan, kapan, serta di mana perundingan dapat berlangsung.

Menanggapi pernyataan keempat negara tersebut, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa Washington harus mengambil langkah pertama.

"Alih-alih menyesatkan dan membebani Iran, E3  dan Uni Eropa harus mematuhi komitmen sendiri & menuntut diakhirinya warisan Trump tentang terorisme ekonomi terhadap Iran," kata Zarif dalam sebuah twit.

Zarif sebelumnya telah mengisyaratkan keterbukaan untuk pembicaraan dengan Washington dan pihak lain untuk menghidupkan kembali JCPOA.

Teheran telah menetapkan tenggat waktu minggu depan bagi Biden untuk mulai mencabut sanksi yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.

Jika AS tidak melakukan hal tersebut, Iran mengancam akan mengambil langkah terbesarnya untuk melanggar ketentuan JCPOA yakni melarang inspeksi mendadak oleh pengawas nuklir PBB.

Inggris, Prancis, Jerman, dan AS telah meminta Iran untuk menahan diri dari langkah itu dan mengulangi keprihatinan mereka atas tindakan Iran baru-baru ini untuk memproduksi uranium yang diperkaya hingga 20% dan logam uranium.

Pengayaan uranium ke tingkat kemurnian fisil yang tinggi adalah jalur potensial untuk mengembangkan bom nuklir, meskipun Iran telah lama mengatakan bahwa program pengayaannya hanya untuk tujuan energi damai. 

img
Valerie Dante
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan