Produsen obat, AstraZeneca, pada Rabu (24/3) merivisi persentase keefektifan vaksin Covid-19 mereka setelah pihak berwenang Amerika Serikat menyuarakan kekhawatiran atas efektivitas yang tidak sesuai. Perusahaan tersebut kini mengatakan bahwa vaksinnya memiliki efikasi 76%, bukan 79%, dalam mencegah segala jenis gejala Covid-19.
Langkah tersebut dilakukan setelah panel ahli independen yang ditunjuk untuk mengawasi pengembangan vaksin menyatakan keprihatinan bahwa AstraZeneca gagal memasukkan data terbaru dalam angka yang awalnya dirilis.
Institut Kesehatan Nasional AS kemudian mengeluarkan pernyataan yang meminta AstraZeneca untuk bekerja dengan panel tersebut dan mengeluarkan laporan terbaru.
Persentase terbaru didasarkan pada kasus 190 orang yang jatuh sakit di antara 32.449 peserta uji coba di seluruh AS, Peru dan Chile, dua pertiga di antaranya menerima vaksin sementara sisanya menerima plasebo.
AstraZeneca merupakan pelopor pertama dalam perlombaan global untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Namun, serangkaian kesalahan komunikasi dengan AstraZeneca mengikis kepercayaan badan-badan AS terhadap vaksin mereka.
AS sekarang memiliki tiga vaksin resmi yakni Moderna, Pfizer, serta Johnson & Johnson, dan harus memiliki pasokan yang cukup untuk lebih dari menutupi populasi orang dewasa pada akhir Mei.
Sejumlah negara Eropa menghentikan peluncuran vaksin AstraZeneca karena potensi risiko pembekuan darah sebelum kemudian melanjutkan penggunaannya. European Medicines Agency (EMA) menganggap vaksin AstraZeneca aman dan mengatakan vaksin tersebut tidak terkait dengan pembekuan darah secara umum. (France 24)