close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi / Pixabay
icon caption
Ilustrasi / Pixabay
Dunia
Rabu, 13 Maret 2019 17:45

Atasi polusi debu halus, Korea Selatan berlakukan UU darurat

Kualitas udara telah menjadi isu politik utama di Korea Selatan setelah tingkat polusi melonjak di negara itu pekan lalu.
swipe

Majelis Nasional Korea Selatan pada Rabu (13/3) meloloskan RUU yang memberikan otoritas akses ke dana darurat untuk mengatasi bencana sosial yang dipicu oleh polusi udara. 

Langkah-langkah yang akan diambil mencakup pemasangan air purifier berkapasitas tinggi di ruang-ruang kelas dan mendorong penjualan kendaraan berbahan bakar gas cair, yang menghasilkan emisi lebih rendah dibanding yang mengonsumsi bensin atau diesel.

Otoritas akan diberikan akses ke dana darurat senilai US$2,65 miliar. Pada saat bersamaan, kritik terhadap Presiden Moon Jae-in meningkat karena dianggap gagal mengatasi krisis.

Menurut media Korea Selatan, polusi udara telah menjadi isu utama setelah konsentrasi partikel debu halus di banyak wilayah di Negeri Ginseng melonjak pekan lalu. 

Menurut National Institute of Environmental Research, tujuh kota besar menderita konsentrasi tinggi partikel PM 2.5.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa polusi udara menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang besar karena kaitannya dengan sejumlah penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Sebelumnya, Seoul telah berupaya menyelesaikan polusi udara dengan cara membatasi penggunaan kendaraan dan membatasi penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara. Tetapi, itu tidak cukup berhasil.

Krisis ini juga telah menciptakan perselisihan dengan China, yang menurut para ahli kesehatan masyarakat Korea Selatan bertanggung jawab atas 50% dan 70% polusi debu halus di area Seoul, yang merupakan rumah bagi hampir setengah populasi negara itu.

Para ahli berpendapat bahwa partikel-partikel debu halus itu berasal dari padang pasir dan pabrik-pabrik China, yang dibawa ke Semenanjung Korea oleh angin barat. 

Namun, para pejabat China menolak klaim itu. Beijing meminta Seoul untuk memeriksa kemungkinan debu-debu halus itu berasal dari pabrik, pembangkit listrik, dan kendaraan di Korea Selatan.

"Jika kita benar-benar ingin menyelesaikan masalah, pertama-tama kita mungkin harus mengonfirmasi apa masalahnya. Jika kita tidak menemukan masalahnya di dalam, baru kita harus berpikir bahwa itu berasal dari luar," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang.

Kantor berita Yonhap melaporkan, Presiden Moon Jae-in yang peringkat persetujuan pribadinya telah menurun karena krisis telah memerintahkan jajarannya untuk bekerja sama dengan mitra mereka dari China demi menemukan solusi, termasuk penggunaan teknik penyemaian awan untuk menciptakan hujan buatan di atas Laut Kuning yang membagi kedua negara.

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan