Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengatakan pihaknya tengah mempertimbangkan dibukanya lagi kedutaan besar di Kyiv. Dia mengatakan hal itu karena berkemunginan akan bergabung dengan beberapa sekutun yang telah melanjutkan operasi setelah mencopot diplomatnya atas invasi Rusia ke Ukraina.
"Kami ingin hadir di lapangan untuk membantu dan memberikan kehadiran di lapangan itu. Australia sedang mempertimbangkan itu. Saya akan mengatakan lebih banyak tentang itu dalam beberapa hari dan minggu mendatang," kata Albanese kepada wartawan di Madrid menjelang pertemuan puncak NATO seperti dilansir dari Reuters, Rabu (29/6).
Beberapa anggota NATO, termasuk Amerika Serikat, baru-baru ini memindahkan kedutaan mereka kembali ke ibu kota Ukraina untuk menunjukkan solidaritas setelah Rusia menginvasi negara itu sejak Februari.
Rusia menyebut tindakannya sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis. Ukraina dan Barat mengatakan, tuduhan fasis tidak berdasar dan perang adalah tindakan agresi yang tidak beralasan.
Albanese juga mengutuk serangan rudal Rusia di sebuah pusat perbelanjaan Ukraina di pusat kota Kremenchuk, jauh dari garis depan. Peristiwa itu menewaskan sedikitnya 18 orang.
"Ini adalah target sipil. Ini memperkuat kekejaman yang dilakukan dalam perang agresi ilegal oleh Rusia dan mengapa itu harus dihentikan," kata Albanese.
Australia, salah satu kontributor non-NATO terbesar untuk dukungan Barat untuk Ukraina telah memasok bantuan dan peralatan pertahanan, serta telah melarang ekspor bijih alumina dan aluminium, termasuk bauksit, ke Rusia. Negara itu juga telah menjatuhkan sanksi pada ratusan individu dan entitas Rusia.