Azan salat Jumat warnai peringatan sepekan serangan teror Christchurch
Memperingati sepekan serangan teror di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, ribuan orang berkumpul di Hagley Park pada Jumat (22/3). Dalam kesempatan itu, Gamal Fouda, imam Masjid Al Noor menggelar khotbah.
Dia menegaskan bahwa Selandia Baru tidak dapat dipecah belah. Fouda menyerukan agar para pemimpin dunia bekerja sama untuk melenyapkan ujaran kebencian.
Fouda yang selamat dari serangan teror berbicara dari panggung sementara yang didirikan di Hagley Park, di seberang Masjid Al Noor. Menurutnya, upaya pelaku teror untuk menyebarkan kebencian lewat penembakan massal justru memicu cinta dan kasih sayang.
"Jumat lalu saya berdiri di masjid ini dan melihat kebencian dan amarah di mata teroris itu," kata dia. "Hari ini di tempat yang sama, saya melihat cinta dan kasih sayang di mata ribuan warga Selandia Baru dan manusia dari seluruh dunia."
Dia berterima kasih kepada warga yang saat itu berada di sekitar lokasi penembakan yang bersedia membukakan pintu rumah mereka untuk menyelamatkan orang-orang yang lari dari pembunuh dan juga kepada warga yang menepikan mobil untuk mengulurkan tangan.
"Teroris ini berusaha memecah belah bangsa kita dengan ideologi yang jahat, tetapi sebaliknya kita menunjukkan bahwa Selandia Baru tidak dapat dipecahkan, dan bahwa dunia dapat memandang kita sebagai sebuah contoh nyata dari cinta dan persatuan," kata dia. "Kita patah hati, tapi kita tidak hancur ... Kita bertekad untuk tidak membiarkan siapa pun memecah belah kita."
Fouda berterima kasih kepada Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, menyebut kepemimpinannya sebagai sesuatu yang patut dicontoh dunia. Dia juga mendesak negara-negara lain mengatasi ujaran kebencian.
"Ujaran kebencian itu adalah hasil dari retorika anti-Islam dan anti-muslim oleh beberapa pemimpin politik, agensi media, dan lainnya," jelasnya. "Insiden pekan lalu adalah bukti bahwa terorisme tidak memandang ras, warna kulit, dan tidak memiliki agama."
Setelah khotbah Fouda, untuk pertama kalinya, azan disiarkan secara nasional lewat jaringan radio dan televisi pukul 13.30 waktu setempat. Itu diikuti oleh hening cipta selama dua menit untuk mengingat mereka yang tewas dalam serangan teroris.
Ratusan orang berdiri dan menundukkan kepala di depan dinding memorial yang terletak di Hagley Park, di mana sepanjang minggu orang-orang berdatangan untuk meletakkan bunga.
New Zealand: Thousands of people gathered for Friday prayers in Christchurch Harley Park for worship in memory of their death ones. RIP????#Christchurch #ChristchurchTerrorAttack pic.twitter.com/HVwmQuOOCZ
— Jayanta Mitra (@jayantamitra980) March 22, 2019
Korban yang terluka dalam penembakan itu duduk di kursi roda di barisan depan. Di belakang mereka, ribuan warga Selandia Baru nonmuslim termasuk PM Ardern berdiri mengenakan kerudung untuk menunjukkan rasa hormat mereka.
The call to prayer echoes over Christchurch a week after the twin mosque massacre by a white supremacist. A remarkable sight and a powerful rebuke to the hatred unleashed that day pic.twitter.com/SsqNvQsfa6
— Jerome Taylor (@JeromeTaylor) March 22, 2019
Berbicara kepada para pelayat di tengah kerumumnan, PM Ardern mengatakan bahwa Selandia Baru berkabung bersama mereka.
Mengutip hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan HR, Muslim, PM Ardern berkata, "Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam."
"Selandia Baru berduka bersamamu, kita adalah satu," lanjutnya.
PM Ardern mendorong sebanyak mungkin warga Selandia Baru memanfaatkan hari ini untuk berefleksi.
"Saya tahu banyak warga ingin menandai sepekan yang telah berlalu sejak serangan teroris itu untuk menunjukkan dukungan bagi komunitas muslim ketika mereka kembali ke masjid," katanya.
"Cara berefleksi akan berbeda bagi masing-masing orang. Setiap orang dapat melakukannya sesuai dengan keinginan masing-masing dan di mana pun mereka berada."
Aksi solidaritas wanita Selandia Baru
Sama seperti PM Ardern, mayoritas perempuan yang hadir di Hagley Park juga mengenakan kerudung sebagai bentuk penghormatan bagi para korban serangan teror.
Sikap solidaritas dengan menggunakan kerudung digaungkan oleh para wanita di Selandia Baru. Mulai dari petugas polisi, jurnalis, hingga masyarakat luas.
Beberapa pengguna Twitter menggunggah foto diri mereka yang menggunakan kerudung dengan tagar #headscarfforharmony dan #ScarvesInSolidarity.
#scarvesinsolidarity Wear a headscarf today to show solidarity with the Muslim community following the horrific terrorist act committed against them on March 15 in Christchurch ♥️ pic.twitter.com/M6uGB1Jipj
— Arna Alayne (@ArnaAlayne) March 21, 2019
Kampanye media sosial itu didukung oleh Dewan Wanita Islam Selandia Baru dan Asosisasi Muslim Selandia Baru.
Came across Annelise Zwaan doing puzzles in Christchurch library.
— Calla Wahlquist (@callapilla) March 21, 2019
“I just think it’s something that is a simple way to show solidarity. I looked a lot at the cultural appropriateness and I felt really reassured by statements from the Muslim community.” #HeadScarfforHarmony pic.twitter.com/MmCYU9EJgL
"Kami mengenakan kerudung yang menunjukkan dukungan, cinta dan solidaritas. Kami berharap bahwa setiap orang yang melakukan ini akan menunjukkan kepada wanita muslim bahwa kami berdiri bersama mereka," kata Robyn Molony yang hadir di Hagley Park.
Bell Sibly (52) yang juga mengenakan kerudung mengatakan bahwa masyarakat Selandia Baru akan berduka untuk waktu yang lama. "Apa yang pelaku lakukan bertujuan untuk memecah belah kita, tapi sebaliknya itu malah membawa kita semua bersama dalam satu pelukan."
Dewan Kota Christchurch menuturkan bahwa di seberang kota, 26 korban penembakan masjid akan dimakamkan di Memorial Park Cemetery pada Jumat. Dewan akan merilis nama para korban usai penguburan.
Polisi Selandia Baru mengumumkan pada Kamis bahwa 50 jenazah korban penembakan telah berhasil diidentifikasi.
"Ini berarti bahwa semua jenazah sekarang dapat diserahkan ke keluarga masing-masing," kata Komisaris Polisi Mike Bush dalam sebuah pernyataan.
Polisi menyatakan dua masjid yang ditargetkan dalam aksi terorisme itu akan kembali dibuka untuk umum pada Sabtu (23/3).
"Masjid Linwood dan Masjid Al Noor telah diperbaiki dan akan diserahkan kepada masyarakat pada Sabtu. Komunitas muslim akan mengumumkan kapan ibadah dapat dimulai," jelas pernyataan itu.
Polisi bersenjata telah berjaga di masjid-masjid di sekitar Selandia Baru sejak serangan teror Christchurch dan polisi mengatakan keamanan akan ditingkatkan setiap Jumat untuk menjaga umat muslim melaksanakan salat Jumat.
Petugas polisi yang tersebar di sekitar Christchurch mengenakan pita hijau yang ditempelkan di dada mereka sebagai tanda perdamaian dan solidaritas.
Warga Australia bernama, Brenton Tarrant (28), merupakan tersangka aksi terorisme itu. Dia didakwa melakukan pembunuhan.
Tarrant dijadwalkan kembali menghadap pengadilan pada 5 April 2019. Polisi mengatakan ada kemungkinan dia akan menghadapi lebih banyak dakwaan.
Pada Selasa (19/3), sidang Parlemen Selandia Baru dibuka dengan cara yang tidak biasa. Seorang imam membacakan surat Al-Baqarah.
PM Ardern menuai pujian internasional atas tanggapannya terhadap serangan teror. Dia mengumumkan bahwa biaya pemakaman korban ditanggung pemerintah dan memulai pidatonya di parlemen pada Selasa dengan Assalammualaikum.
Pemimpin berusia 38 tahun itu telah dengan tegas menolak menyebut nama teroris dengan mengatakan, "Saya mohon, ucapakanlah nama-nama korban daripada mengucapkan nama orang yang merampas nyawa mereka. Dia teroris. Dia kriminal. Dia ekstremis. Tapi ketika saya bicara, saya tidak akan menyebut namanya." (CNN, BBC, Reuters, dan The Independent, The Guardian)