Tokoh oposisi Kamboja yang mengasingkan diri, Sam Rainsy, tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Sabtu (9/11). Setelah sempat menghadap otoritas imigrasi Malaysia di bandara, dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah diundang ke Parlemen Malaysia pada Selasa (12/11) sebagai bagian dari kunjungan pribadi.
Hal itu menunjukkan bahwa Rainsy akan melewatkan janjinya untuk pulang pada Sabtu, bertepatan pada Hari Kemerdekaan Kamboja.
Rainsy, yang merupakan salah satu pendiri Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), menyatakan bahwa dirinya akan berada di Malaysia selama beberapa hari.
"Saya ingin kembali ke negara asal saya," kata dia.
Sebuah sumber anonim mengatakan bahwa Rainsy tiba dari Amsterdam, Belanda.
"Terus berharap. Kami berada di jalur yang benar. Demokrasi akan menang. Demokrasi telah menang di Malaysia dan demokrasi akan menang di Kamboja," tutur Rainsy setibanya di Bandara Internasional Kuala Lumpur.
Sebelumnya, ketika ditanya apakah dia berencana untuk kembali ke Kamboja, Rainsy menyebut bahwa dia tidak dapat menjawab pertanyaan itu.
Dalam sebuah unggahan di Facebook pada Jumat (8/11), Rainsy mengumumkan bahwa dia bersiap untuk terbang dari Paris setelah sehari sebelumnya dicegah naik penerbangan Thai Airways menuju Bangkok.
Sekretaris Jenderal CNRP Saory Pon, yang berada di Thailand, mengatakan tidak ada tokoh oposisi yang akan kembali ke Kamboja pada Sabtu.
"Kami akan kembali sesegera mungkin," tutur Saory.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, yang pemerintahnya telah menangkap sekitar 50 aktivis oposisi di dalam negeri dalam beberapa pekan terakhir, menganggap usaha Rainsy dan beberapa rekannya untuk pulang sebagai upaya kudeta.
Wakil Ketua CNRP Mu Sochua juga berada di Kuala Lumpur. Pada Jumat dia menyerukan agar rekan-rekannya di Kamboja turun ke jalan pada Sabtu, bertepatan pada hari kemerdekaan negara itu.
Juru bicara pemerintah Kamboja Phay Siphan mengatakan, jika Rainsy kembali, dia akan menghadapi dakwaan yang berat di pengadilan.
"Jika dia datang untuk menyebabkan ketidakstabilan dan kekacauan, kami akan menghancurkannya," ujar dia.
Pada Sabtu di Phnom Penh, pasukan keamanan berpatroli dengan truk pickup. Polisi bersenjatakan senapan serbu berbaris di perbatasan darat antara Kamboja-Thailand, tempat Rainsy berencana untuk menyeberang.
"Kami tidak akan menghentikan perjalanan masuk-keluar warga biasa, kami hanya akan menghentikan pemberontak," kata juru bicara Kepolisian Kamboja Chhay Kim Khoeun.
Rainsy, salah satu pendiri CNRP yang telah dibubarkan pemerintah Kamboja pada 2017, empat tahun lalu melarikan diri dari hukuman karena pencemaran nama baik. Dia juga menghadapi hukuman lima tahun dalam kasus terpisah. Dia meyakini tuduhan-tuduhan itu bermotif politik.
Mantan Menteri Keuangan Kamboja itu telah menjadi rival PM Hun Sen sejak 1990-an. Sebelumnya pada 2015 dia juga bersumpah akan pulang tetapi batal melakukannya.
Pemimpin CNRP Kem Sokha menjadi tahanan rumah di Kamboja setelah ditangkap pada 2017 dan didakwa melakukan pengkhianatan terhadap negara.
Pada Jumat, AS menyatakan keprihatinannya atas tindakan keras Kamboja terhadap oposisi. Amnesty International mengecam sikap Malaysia dan Thailand yang mencegah para tokoh oposisi Kamboja pulang dari kedua negara mereka.
Pada Kamis (7/11), Mu sempat ditahan di bandara di Malaysia. Pihak berwenang membebaskannya 24 jam kemudian bersama dengan dua tokoh oposisi yang ditahan sehari sebelumnya. (Reuters dan Bangkok Post)