Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan bahwa karena memiliki pengalaman buruk terkait terorisme, negaranya selalu berupaya memberantas tindakan terorisme di dunia.
Dia merujuk pada peristiwa di Beslan pada 3 September 2004 di mana sekelompok teroris menyandera 1.128 orang di sebuah sekolah. Peristiwa itu terjadi pada upacara pembukaan tahun akademik baru.
"Mereka menyandera lebih dari seribu orang itu di sekolah itu selama tiga hari, tanpa air dan makanan. Pada hari kedua, dua bom rakitan teroris meledak dan para sandera berupaya melarikan diri. Namun, teroris menembak mereka dari belakang," jelas Dubes Vorobieva dalam pengarahan media di kediamannya di Kuningan, Jakarta, pada Rabu (4/9).
Akibat insiden itu, lebih dari 300 orang meninggal, di antaranya anak-anak kecil dan guru sekolah.
"Itu tragedi yang mengerikan. Maka itu penting bagi banyak pihak untuk bergabung dan bersama-sama berupaya agar hal ini tidak pernah terjadi lagi di negara mana pun," ungkap dia.
Dubes Vorobieva menjelaskan bahwa peristiwa di Beslan menjadi pembelajaran bagi Rusia. Penyanderaan itu, lanjutnya, menunjukkan betapa tindak terorisme sangat mengerikan dan tidak memandang bulu. Dia menegaskan bahwa tidak ada negara yang kebal terhadap ancaman terorisme.
"Kami tahu betul apa itu terorisme dan kami ingin mencegahnya menyebar ke Rusia dan negara lainnya. Itulah alasan utama kami berada di Suriah, membantu memerangi kelompok teroris di sana," kata Vorobieva.
Dia menyatakan, atas permintaan pemerintah Suriah, Kremlin membantu memerangi terorisme.
"Itu alasan di balik campur tangan kami di Suriah dan Afghanistan. Rusia tidak ingin terorisme menyebar dan kami akan melakukan upaya apa pun untuk mencegah serta memberantasnya," ujar dia.