Bentrok antara kelompok pemberontak Suriah yang didukung oleh Turki berakhir pada Minggu (19/6). Gencatan senjata disetujui demi meredakan kekhawatiran perang internecine yang lebih luas di antara penentang pemerintahan Presiden Bashar al Assad.
Negosiator pemberontak mengatakan kepada Reuters, Minggu (19/6), yang mempertahankan ribuan tentara di barat laut Suriah menengahi kesepakatan antara Failaq al Sham, Front Levant, Jaish al Islam, dan Ahrar al Sham.
Di bawah gencatan senjata, faksi-faksi itu mengembalikan markas Ahrar al Sham dan kembali ke posisi mereka sebelumnya. Kesepakatan mengakhiri momok pertempuran berkepanjangan.
Sisi barat laut Suriah dekat perbatasan Turki adalah bagian terakhir dari negara yang masih berada di tangan para pejuang dan berusaha menggulingkan presiden Suriah. Namun, kendali telah dibagi antara faksi-faksi jihad dan pemberontak lain yang didukung oleh Turki.
Perbedaan ideologi memisahkan militan Islam dari kelompok nasionalis di Tentara Pembebasan Suriah yang telah berkumpul di bawah bendera Tentara Nasional Suriah.
Turki dengan bantuan Tentara Nasional Suriah telah melakukan empat operasi di wilayah utara sejak 2016 dan merebut ratusan kilometer tanah. Komandan pemberontak mengatakan, mereka telah meningkatkan kesiapan mereka untuk mendukung setiap serangan baru.
Oposisi bersenjata telah diganggu oleh pertikaian sejak pemberontakan melawan Assad dimulai pada 2011. Perang wilayah telah membantu presiden Suriah, dengan sekutu Iran dan Rusianya, memulihkan sebagian besar wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh pemberontak.