Deretan politikus sayap kanan Eropa yang melakukan aksi penistaan kitab suci Al-Quran, semakin panjang. Pada Sabtu, politikus sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok anti-Muslim merobek salinan Alquran di Amsterdam.
Edwin Wagensveld, pemimpin kelompok rasis anti-Muslim PEGIDA (Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat) membagikan rekaman tindakan provokatif di depan Kota Amsterdam di media sosial.
Kelompok muslim saat itu telah memperingatkan bahwa PEGIDA akan menodai Alquran. Namun, demonstrasi tetap tidak dilarang sehingga memicu protes balasan dari komunitas muslim.
Menanggapi insiden Januari itu, Kejaksaan Belanda mengatakan pada Jumat bahwa tersangka pria tak dikenal akan diinterogasi karena menggunakan ekspresi rasis saat merobek Alquran.
Sebuah pernyataan resmi dari kejaksaan mengatakan tersangka, 54, yang tinggal di Jerman, merobek Quran di depan parlemen Belanda di Den Haag pada 22 Januari, sambil mengatakan hal-hal seperti: "Quran adalah buku fasis. Sama seperti seburuk (biografi Hitler) Mein Kampf. Para pengikutnya mengejar ideologi yang sama dengan Hitler."
Pada 22 Januari, politikus sayap kanan Belanda itu merobek Alquran di depan gedung sementara parlemen Belanda di Den Haag saat berada di bawah perlindungan polisi. Dia melakukannya lagi pada 13 Februari di Utrecht.
Wagensveld sendiri mengakui bahwa dirinya menghadapi penyelidikan karena menghina sebuah kelompok saat merobek Alquran. Menurut Wagensveld, merobek kembali kitab suci umat Islam adalah cara terbaik untuk mengungkapkan pendapatnya.