close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Libya ini, mobil-mobil tertumpuk di tepi laut di Derna, Libya, setelah terbawa air banjir. Pemerintah Libya melalui AP
icon caption
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Libya ini, mobil-mobil tertumpuk di tepi laut di Derna, Libya, setelah terbawa air banjir. Pemerintah Libya melalui AP
Dunia
Rabu, 13 September 2023 08:10

Bulan Sabit Merah: Situasi di Libya sama buruknya dengan Maroko

Kementerian Dalam Negeri Libya timur, mengatakan bahwa lebih dari 5.300 orang tewas di Derna saja.
swipe

Pekerja darurat menemukan lebih dari 1.500 jenazah di reruntuhan kota Derna di Libya timur pada Selasa (12/9) waktu setempat. Pekerja darurat mengkhawatirkan jumlah korban jiwa bisa melampaui 5.000 setelah air banjir menerjang bendungan dan menghanyutkan seluruh lingkungan di kota tersebut.

Kematian dan kehancuran mengejutkan yang ditimbulkan oleh badai Mediterania Daniel menunjukkan intensitas badai tersebut. Namun juga kerentanan sebuah negara yang terkoyak oleh kekacauan selama lebih dari satu dekade. Negara ini terpecah oleh pemerintahan yang bersaing, satu di timur, yang lain di barat, dan akibatnya adalah pengabaian infrastruktur di banyak wilayah.

Bantuan dari luar baru saja mulai mencapai Derna pada Selasa, atau lebih dari 36 jam setelah bencana terjadi. Banjir merusak atau menghancurkan banyak jalan akses ke kota pesisir berpenduduk sekitar 89.000 jiwa itu.

Rekaman menunjukkan, puluhan jenazah ditutupi selimut di halaman salah satu rumah sakit. Gambar lain menunjukkan kuburan massal yang dipenuhi mayat. Kata Menteri Kesehatan Libya timur, Lebih dari 1.500 jenazah dikumpulkan, dan setengah dari mereka telah dikuburkan pada Selasa malam.

Namun setidaknya satu pejabat menyebutkan jumlah korban tewas lebih dari 5.000 orang. Kantor berita yang dikelola pemerintah mengutip Mohammed Abu-Lamousha, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Libya timur mengatakan, lebih dari 5.300 orang tewas di Derna saja. Otoritas ambulans Derna mengatakan pada Selasa pagi, bahwa 2.300 orang telah meninggal.

Namun jumlah korban kemungkinan akan lebih tinggi, kata Tamer Ramadan, utusan Libya untuk Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ia mengatakan pada pengarahan PBB di Jenewa melalui konferensi video dari Tunisia, bahwa setidaknya 10.000 orang masih hilang. Dia mengatakan, pada Selasa malam bahwa lebih dari 40.000 orang telah mengungsi.

Situasi di Libya “sama buruknya dengan situasi di Maroko,” kata Ramadan, mengacu pada gempa mematikan yang melanda dekat kota Marrakesh pada Jumat (8/9) malam.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyampaikan solidaritasnya kepada rakyat Libya dan mengatakan PBB “bekerja dengan mitra lokal, nasional dan internasional untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang berada di daerah yang terkena dampak,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Kehancuran terjadi di Derna dan bagian lain Libya timur pada Minggu (10/9) malam. Saat badai menghantam pantai, warga Derna mengatakan, mereka mendengar ledakan keras dan menyadari bahwa bendungan di luar kota telah runtuh. Banjir bandang melanda Wadi Derna, sungai yang mengalir dari pegunungan melalui kota dan menuju laut.

Dinding air “menghapus segala sesuatu yang menghalanginya,” kata seorang warga, Ahmed Abdalla.

Video yang diunggah secara online oleh warga menunjukkan petak besar lumpur dan puing-puing di mana air yang mengamuk menyapu pemukiman di kedua tepian sungai. Gedung-gedung apartemen bertingkat yang dulunya jauh dari sungai, bagian depannya terkoyak dan lantai betonnya runtuh. Mobil-mobil yang terangkat akibat banjir dibiarkan bertumpukan.

Pusat Meteorologi Nasional Libya mengatakan pada Selasa, bahwa pihaknya mengeluarkan peringatan dini untuk Badai Daniel, sebuah “peristiwa cuaca ekstrem,” 72 jam sebelum terjadinya, dan memberi tahu semua otoritas pemerintah melalui email dan media ... “mendesak mereka untuk mengambil tindakan pencegahan. ” Dikatakan bahwa Bayda mencatat rekor curah hujan 414,1 milimeter (16,3 inci) dari Minggu hingga Senin.

Pada Selasa, petugas tanggap darurat setempat, termasuk tentara, pegawai pemerintah, sukarelawan dan warga menggali reruntuhan untuk mencari korban tewas. Mereka juga menggunakan perahu karet untuk mengambil jenazah dari air.

Kata Menteri Kesehatan Libya Timur, Othman Abduljaleel, banyak jenazah diyakini terjebak di bawah reruntuhan atau tersapu ke Laut Mediterania.

“Kami terkejut dengan besarnya kerusakan… tragedi ini sangat signifikan, dan di luar kemampuan Derna dan pemerintah,” kata Abduljaleel kepada The Associated Press melalui telepon dari Derna.

Tim Bulan Sabit Merah dari wilayah lain Libya juga tiba di Derna pada Selasa pagi namun ekskavator tambahan dan peralatan lainnya belum tiba di sana.

Banjir sering terjadi di Libya saat musim hujan, namun jarang terjadi dengan kerusakan sebesar ini. Pertanyaan kuncinya adalah bagaimana hujan bisa meluber melalui dua bendungan di luar Derna – apakah karena pemeliharaan yang buruk atau karena banyaknya curah hujan.

Karsten Haustein, seorang ilmuwan iklim dan ahli meteorologi di Universitas Leipzig, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Daniel mengeluarkan 440 milimeter (15,7 inci) hujan di Libya timur dalam waktu singkat.

“Infrastruktur mungkin tidak mampu mengatasinya, sehingga menyebabkan runtuhnya bendungan,” katanya, seraya menambahkan bahwa peningkatan suhu permukaan air yang disebabkan oleh manusia kemungkinan besar menambah intensitas badai.

Pemerintah setempat telah mengabaikan Derna selama bertahun-tahun. “Bahkan aspek pemeliharaannya pun tidak ada. Semuanya terus tertunda,” kata Jalel Harchaoui, seorang rekan yang berspesialisasi di Libya di Royal United Services Institute for Defense and Security Studies yang berbasis di London.

Faksionalisme juga ikut berperan. Derna selama beberapa tahun dikendalikan oleh kelompok militan Islam. Komandan militer Khalifa Hifter, orang kuat di pemerintahan Libya timur, merebut kota itu pada 2019, setelah berbulan-bulan pertempuran sengit di kota.

Sejak saat itu, pemerintah wilayah timur menaruh curiga terhadap kota tersebut dan berusaha mengesampingkan warganya dari pengambilan keputusan apa pun, kata Harchaoui. “Ketidakpercayaan ini mungkin akan menjadi bencana pada periode pascabencana mendatang,” katanya.

Pemerintahan timur Hifter yang berbasis di kota Benghazi terlibat dalam persaingan sengit dengan pemerintah barat di ibu kota Tripoli. Masing-masing didukung oleh milisi yang kuat dan kekuatan asing. Hifter juga didukung oleh Mesir, Rusia, Yordania dan Uni Emirat Arab, sedangkan pemerintahan Libya barat didukung oleh Turki, Qatar dan Italia.

Namun, reaksi awal terhadap bencana ini membawa beberapa perpecahan.

Pemerintah Libya barat yang berbasis di Tripoli mengirim sebuah pesawat dengan 14 ton pasokan medis dan petugas kesehatan ke Benghazi. Pihaknya juga mengatakan telah mengalokasikan dana setara dengan US$412 juta untuk rekonstruksi di Derna dan kota-kota timur lainnya. Pesawat-pesawat terbang tiba Selasa di Benghazi membawa bantuan kemanusiaan dan tim penyelamat dari Mesir, Turki dan Uni Emirat Arab.

Kepala staf militer Mesir bertemu dengan Hifter untuk mengoordinasikan bantuan. Jerman, Prancis dan Italia mengatakan mereka juga mengirimkan personel penyelamat dan bantuan.

Tidak jelas seberapa cepat bantuan dapat disalurkan ke Derna, 250 kilometer (150 mil) timur Benghazi, mengingat kondisi di lapangan. Ahmed Amdourd, seorang pejabat kota Derna, menyerukan adanya koridor laut untuk mengirimkan bantuan dan peralatan.

Presiden Joe Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa, bahwa Amerika Serikat mengirimkan dana darurat ke organisasi bantuan dan berkoordinasi dengan pihak berwenang Libya dan PBB untuk memberikan dukungan tambahan.

“Jill dan saya menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada semua keluarga yang kehilangan orang yang dicintai dalam banjir dahsyat di Libya,” katanya.

Badai tersebut juga melanda daerah lain di Libya timur, termasuk kota Bayda, di mana sekitar 50 orang dilaporkan tewas. Pusat Medis Bayda, rumah sakit utama, kebanjiran dan pasien harus dievakuasi, menurut rekaman yang dibagikan oleh pusat tersebut di Facebook.

Kota-kota lain yang terkena dampaknya termasuk Susa, Marj dan Shahatt. Ratusan keluarga mengungsi dan berlindung di sekolah-sekolah dan gedung-gedung pemerintah lainnya di Benghazi dan tempat lain di Libya timur.

Menurut Bank Dunia, Libya Timur Laut adalah salah satu wilayah paling subur dan hijau di negara itu. Wilayah Jabal al-Akhdar – tempat Bayda, Marj dan Shahatt berada – memiliki salah satu curah hujan tahunan rata-rata tertinggi di negara itu.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan