Presiden China, Xi Jinping, melakukan pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir. Dialog dilakukan melalui sambungan telepon selama 90 menit, Kamis (9/9).
Gedung Putih mengatakan, keduanya membahas tanggung jawab masing-masing untuk memastikan persaingan tidak mengarah ke konflik. "Mereka membahas bidang-bidang di mana kepentingan kita bertemu dan bidang-bidang di mana kepentingan, nilai, dan perspektif kita berbeda."
Seorang pejabat senior Gedung Putih pada Jumat (10/9) mengatakan, panggilan datang atas inisiatif Biden lantaran jengkel dengan keengganan pejabat tingkat bawah China mengadakan pembicaraan substantif dengan AS.
Menurut Biden, diskusi tersebut merupakan bagian dari upaya berkelanjutan AS untuk bertanggung jawab mengelola persaingan antara negaranya dan China. Pertemuan ini merupakan pertemuan kedua sejak dirinya menjabat.
Hubungan AS-China kian tegang dengan adanya bentrokan atas sejumlah isu, seperti perdagangan, spionase, dan pandemi.
Pertemuan pertama dilakukan pada Februari, yang menghasilkan sedikit kemajuan dalam berbagai masalah, mulai dari hak asasi manusia (HAM) hingga transparansi tentang asal-usul Covid-19. Keduanya negara nyaris terus-menerus menyerang satu sama lain pada bulan-bulan berikutnya, berupa serangan publik yang tajam, sanksi terhadap pejabat, dan kritik karena tidak menegakkan kewajiban internasional.
Media pemerintah China mengatakan Xi telah memberi tahu Biden, bahwa kebijakan AS terhadap "Negeri Tirai Bambu" berdampak terhadap renggangnya hubungan kedua negara. Namun, kedua pihak sepakat mempertahankan kontak dan meminta tim meningkatkan komunikasi.
Sementara itu, Xi mengatakan, China dan AS sesegera mungkin harus menunjukkan keberanian, wawasan strategis, dan keberanian politik untuk mendorong hubungan keduanya kembali ke jalur yang benar dari pembangunan yang stabil.
Setelah diskusi tersebut, mata uang Asia dan pasar saham menguat. Investor berspekulasi, dialog itu dapat mencairkan hubungan antara dua mitra dagang terpenting ekonomi regional. (Reuters)