Turki menggelar pertemuan trilateral untuk mencari solusi krisis Suriah yang melibatkan Ankara, Moskow, dan Teheran. Pertemuan itu dihadiri Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Iran Hassan Rouhani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (4/4) di Ankara.
Iran dan Rusia mendukung pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sedangkan Turki mendukung oposisi moderat. Mereka bekerja sama dengan erat melalui serangkaian perundingan untuk mencari solusi konflik Suriah sejak tahun lalu. Perundingan sebelumnya pernah digelar di Sochi, Rusia dan Astana, ibu kota Kazakhstan.
“Ketiga negara itu semakin mesra dalam membicara isu Suriah,” kata Mensur Akgun, peneliti dari departemen hubungan internasional di Universitas Kultur, Istanbul. Mensur menyebut bahwa ketiga negara tersebut adalah aktor berpengaruh di Suriah, bahkan pengaruhnya lebih besar dibandingkan AS.
Meskipun memiliki banyak perbedaan sikap dan pandangan, menurut Akgun ketiga negara itu berusaha mencari jalan keluar. Mereka juga selalu mengutamakan integritas teritorial Suriah.
Kemudian dalam pandangan Tewfik Shuman, peneliti politik asal Libanon, menyatakan langkah baru dalam penyelesaian krisis Suriah akan menemukan realitas baru di lapangan. Turki akan memainkan peranan penting di Suriah utara.
"Ada transaksi antara kekalahan pejuang Sunni di Ghouta Timur dengan Turki menguasai Afrin,” kata Shuman.
Pasukan Suriah memang menguasai penuh bekas basis perjuangan perlawanan terhadap Presiden Assad di Ghoutan Timur dan menjadi kemenangan besar bagi Presiden Assad setelah bertempur selama tujuh tahun. Sedangkan pasukan Turki didukung Pasukan Pembebasan Suriah menguasai penuh Afrin pada akhir April lalu.
Rusia pun memindahkan pengamatan militer dari kawasan tersebut dan membuka wilayah udara Afrin untuk Turki.