Biro Penyidik Federal Amerika Serikat (FBI) menyelidiki keterlibatan pemerintah China dalam aksi peretasan terhadap kontraktor Angkatan Laut AS dan mencuri data keamanan yang sangat sensitif.
“Data yang dicuri termasuk rencana proyek misil supersonik,” demikian diungkapkan para pejabat AS kepada Washington Post. Peretasan itu terjadi pada Januari dan Februari pada tahun ini, seperti dilaporkan CBC News.
Para hacker menargetkan kontraktor yang memiliki proyek penelitian dan pengembangan kapal selam, serta senjata bawah laut.
Seperti dilaporkan Washington Post, firma yang diretas itu bekerja untuk Naval Undersea Warfare Center, sebuah organisasi militer yang berbasis di Newport, Pulau Rhode.
Salah satu data yang diretas, proyek yang dikenal dengan nama Sea Dragon. Selain itu, data tenaga pengembangan kapal selam juga dicuri para peretas dari China. Kemudian, sistem misil anti-kapal yang akan dipasang pada kapal selama AS pada 2020 juga diretas.
Pencurian data itu bisa berlangsung dengan mudah. Maklum, firma tersebut menyimpan data di jaringan yang tidak aman. Padahal, itu merupakan data sensitif yang berkaitan dengan perkembangan proyek.
“Beberapa langkah telah dilakukan setelah perusahaan itu memberitahu kepada pemerintah tentang insiden siber tersebut,” kata Komandan Angkatan Laut AS Bill Speaks dilansir BBC, Sabtu (9/6). “Langkah diskusi lebih lanjut akan dibicarakan nanti,” jelasnya.
Penyelidikan dilaksanakan oleh AL AS dibantu oleh FBI. Menteri Pertahanan AS Jim Mattis telah memerintahkan kajian tentang keamanan siber berkaitan dengan kontraktor pertahahanan.
Dalam perkembangan terpisah, mantan agen intelijen AS juga didakawa menyerahkan dokumen rahasia kepada seorang agen rahasia China. Kevin Mallory, 61, dinyatakan bersalah karena melanggar Undang-Undang Spionase. Dia harus menjalani hukuman penjara seumur hidup.