close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Xinjiang, China. / Pixabay
icon caption
Xinjiang, China. / Pixabay
Dunia
Kamis, 20 Desember 2018 15:52

China: Kebebasan beragama muslim Uighur dijamin UUD

Termasuk Uighur, ada 10 suku di Xinjiang, China, yang mayoritasnya penganut Islam. Jumlah penduduk di sana sekitar 14 juta.
swipe

China tengah dihadapkan pada kritik tajam atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap muslim Uighur di Xinjiang. Pemerintah Tiongkok disebut menahan sekitar 1 juta muslim Uighur di kamp-kamp interniran yang mereka sebut sebagai pusat pelatihan kejuruan, memaksa mereka menanggalkan keyakinan dan bahasanya serta tunduk pada indoktrinasi politik. 

Pada Kamis (20/12), Kedutaan Besar China di Jakarta pun merespons isu tersebut. Dalam pernyataan yang dipublikasikan di situs resminya, mereka menjelaskan bahwa Tiongkok merupakan negara multisuku dan multiagama.

"Hak-hak kebebasan beragama dan kepercayaan rakyat China dijamin Undang-Undang Dasar. Pemerintah Tiongkok, berdasarkan peraturan dan perundang-undangan memberikan perlindungan kepada setiap warga negaranya, termasuk muslim Uighur di Xinjiang untuk menjalankan kebebasan beragama dan kepercayaan," demikian kalimat pembuka dalam pernyataan tersebut.

Termasuk Uighur, ada 10 suku di Xinjiang yang mayoritasnya menganut agama Islam, dengan jumlah penduduk sekitar 14 juta. "Ada 24.400 masjid di Xinjiang atau sekitar 70% dari jumlah total masjid di seluruh Tiongkok. Jumlah ulama ada 29.000 orang, sekitar 51% dari jumlah total di seluruh negeri. Di Xinjiang, terdapat 103 ormas Islam, mengambil porsi 92% dari seluruh ormas agama di Xinjiang."

Selain itu, di Xinjiang berdiri pula sejumlah pesantren dan madrasah. Dalam pernyataannya Kedubes China menerangkan bahwa setiap tahunnya, ribuan muslim menunaikan ibadah haji dengan menggunakan pesawat yang disewa pemerintah. Staf dokter, koki, pemandu, penerjemah, dan sebagainya disediakan untuk memberi pelayanan sepanjang perjalanan.

"Kita suci Alquran dan serangkaian koleksi dari Kitab Shahih Bukhari telah diterjemahkan dan dipublikasikan dalam bahasa Mandarin, Uighur, Kazak, Kirgiz, dan sejumlah bahasa lainnya di Tiongkok," sebut Kedubes China.

Lebih lanjut, Kedubes China menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ekstremisme agama telah tumbuh dan menyebar luas di Xinjiang. Oknum ekstremis dan teroris telah merancang dan melakukan tindakan kekerasan dan teror sebanyak ribuan kali di China, termasuk kerusuhan pada 5 Juli 2009 di Urumqi yang mengakibatkan 197 korban jiwa dan lebih dari 1.700 orang terluka dan serangan teror di stasiun kereta api Kunming pada 1 Maret 2014 yang menyebabkan 31 orang tewas dan 141 lainnya terluka.

Oknum ekstremis disebut juga telah merancang dan melaksanakan sejumlah tindak kekerasan dan teror di Urumqi pada 22 Mei 2014, di Shanshan pada 26 Juni 2013, di Shache pada 28 Juli 2014, dan di Baicheng pada 18 September 2015. 

"Masyarakat dari berbagai suku di Xinjiang sama-sama merasa marah dan mengecam kejahatan teroris. Dalam surat yang ditujukan ke pemerintah, anak seorang polisi Uighur yang gugur saat menjalankan tugas berharap agar pemerintah dapat memberantas tindak pidana kekerasan dan teror sampai tuntas agar tidak ada lagi anak yang tumbuh tanpa didampingi ayahnya," ungkap Kedubes China dalam pernyataannya.

Langkah deradikalisasi

China menekankan bahwa terorisme dan ekstremisme adalah musuh manusia. "Dengan menyerap pengalaman komunitas internasional dalam melawan terorisme, China telah mengambil serangkaian langkah deradikalisasi. Di sebagian daerah di Xinjiang, sejumlah penduduk masih kurang menguasai bahasa Mandarin, kesadaran dan ilmu pengetahuan hukum terbatas, keterampilan kerja pun tidak memadai sehingga rentan akan penghasutan oleh kelompok teror dan ekstremis. Berdasarkan situasi ini, pemerintah daerah menyediakan program pelatihan dan pendidikan vokasi gratis kepada sebagian orang yang terdampak oleh pemikiran ekstremisme. Konten pelajarannya adalah bahasa mandarin, ilmu pengetahuan hukum, keterampilan kerja dan pendidikan deradikalisasi."

Pelatihan dan pendidikan vokasi tersebut termasuk di antaranya memproduksi pakaian dan topi, pengolahan makanan, perakitan produk elektronik, tipografi, dan pencetakan, e-commerce serta lain-lain. "Para pelajar dapat mengambil satu atau dua kursus sesuai dengan keinginan dan kondisi diri sendiri. Selama masa pelatihan, para pelajar digaji. Kebiasaan kehidupan normal mereka dihormati dan dilindungi berdasarkan latar belakang etnis dan agamanya. Setelah para pelajar lulus, institut ini akan merekomendasikan mereka kepada perusahaan lokal sesuai dengan keterampilan kerja mereka, supaya para lulusan mendapat pekerjaan dan menjadi kaya. Praktik ini membuktikan bahwa pelatihan vokasional merupakan tindakan efektif di Xinjiang untuk menghapus terorisme dan ekstremisme, dan juga mencegah kejahatan kekerasan dan teror."

Tiongkok mengklaim bahwa tindakan antiteroris komprehensif di Xinjiang telah mendapat hasil nyata. Selama 21 bulan terakhir, tidak pernah terjadi serangan teroris dan kekerasan di Xinjiang, jumlah perkara pidana dan gangguan keamanan umum pun disebut menurun secara drastis.

"Kondisi keamanan umum di Xinjiang secara signifikan membaik, penyebaran ekstremisme keagamaan terkendali efektif. Stabilitas sosial mempercepat pembangunan ekonomi. Pertumbuhan PDB Xinjiang pada tahun 2017 mencapai 7,6%. Pada Januari sampai September tahun ini, Xinjiang mendatangkan wisatawan lokal mau pun mancanegara sebanyak 132 juta orang, bertumbuh 40% dibandingkan waktu sama tahun yang lalu. Sekarang Xinjiang semakin indah dan aman. Penduduk setempat tidak lagi merasa takut. Kepercayaan beragama setiap suku di Xinjang termasuk Uighur dilindungi pemerintah dengan lebih baik," terang Kedubes China di Jakarta.

Pada kalimat penutupnya, Kedubes China mengatakan bahwa Tiongkok dan Indonesia merupakan teman dan mitra baik, yang selalu mendukung dalam isu-isu yang menyangkut kepentingan besar masing-masing.

"Kami yakin jika situasi sesungguhnya di Xinjiang diungkap, maka teman-teman Indonesia akan lebih memahami dan mendukung tindakan yang diambil pemerintah China untuk memerangi terorisme dan ekstremisme, menjaga stabilitas sosial dan keamanan masyarakat di Xinjiang. Dalam beberapa tahun ini, Kedutaan Besar China terus-menerus menulis artikel di media Indonesia untuk memperkenalkan keadaan Xinjiang, mengundang tokoh-tokoh agama dan jurnalis Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang dan sejumlah provinsi lain. Seperti apa yang mereka lihat, penduduk Xinjiang dari berbagai suku dan muslim lain di Tiongkok sedang hidup dan bekerja dengan bahagia," tutup pernyataan Kedubes China.

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan