Rencana Inggris untuk berhenti menggunakan peralatan Huawei dan jaringan 5G milik perusahaan tersebut menuai kecaman dari China.
Perdana Menteri Boris Johnson memberi waktu hingga 2027 bagi perusahaan telekomunikasi Inggris untuk berhenti menggunakan produk-produk milik raksasa teknologi China itu.
Pada Selasa (14/7), pemerintah Inggris berupaya meminimalisir dampak buruk hubungan London-Beijing dengan mengatakan bahwa larangan penggunaan produk Huawei terjadi karena sanksi Amerika Serikat (AS).
AS memang telah mengeluarkan sanksi yang melarang Huawei menggunakan teknologi yang dipatenkan di Negeri Paman Sam.
Pejabat Inggris menjelaskan, itulah mengapa peralatan Huawei yang menggunakan jaringan 3G atau 4G di Inggris tidak akan terpengaruh, karena mereka tidak tercantum dalam sanksi milik AS.
Ketika diminta pendapat soal larangan tersebut pada Rabu (15/7), seorang juru bicara pemerintah China menyatakan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingan bisnis mereka di luar negeri.
"Tanpa bukti konkret, Inggris bertindak sejalan dengan AS. Mereka mengutip risiko yang tidak berdasar sebagai alasan dan berulang kali mendiskriminasi, menekan, dan mengucilkan perusahaan China," tutur Hua Chunying, pejabat Kementerian Luar Negeri China.
Hua menggambarkannya sebagai langkah yang salah. Dia menambahkan, keputusan Inggris akan secara serius mengguncang rasa saling percaya antara China dan Inggris.
"Ini bukan persoalan satu perusahaan atau industri, tetapi tentang investasi China yang menghadapi ancaman besar dan pertanyaan tentang apakah Inggris masih merupakan pasar yang terbuka, adil, dan tidak diskriminatif," lanjut dia.
Ketua komite urusan luar negeri Inggris, Tom Tugendhat, membantah kritik Hua. Dia menegaskan bahwa investasi Tiongkok di Inggris secara signifikan lebih besar daripada investasi Inggris di Tiongkok.
"Inggris secara konsisten menjadi ekonomi yang sangat terbuka bagi investor dari seluruh dunia, termasuk China," ujar Tugendhat. "Di sisi lain, Beijing mengoperasikan sistem ekonomi yang sangat tertutup."
Surat kabar yang dikelola pemerintah China, Global Times, menerbitkan editorial yang meminta pemerintah untuk membalas langkah pemblokiran Huawei oleh Inggris.
"Jika tidak ada pembalasan, kita akan dianggap mudah digertak oleh negara lain," bunyi editorial tersebut.
"Pembalasannya pun harus terbuka dan menyakitkan bagi Inggris," imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyambut baik langkah London. "Inggris bergabung dengan negara-negara lain yang memperjuangkan keamanan nasional mereka dengan melarang penggunaan vendor yang tidak dipercaya," ujarnya dalam sebuah pernyataan. (South China Morning Post)