Negara China mencatat rekor terbaru terkait masyarakatnya yang terinfeksi virus ini. Pada Kamis (24/11) tercatat sebanyak 27.646 kasus dan terhitung ada 4.010 kasus tanpa gejala. Tentu saja ini merupakan kasus yang cukup tinggi dan hampir menyentuh rekor pada April sebanyak 28.000 kasus perhari.
Seperti diketahui pemerintah China menerapkan aturan Nol-Covid Policy untuk menyelamatkan negara ini dari pandemi. Namun sayangnya, kebijakan tersebut membuat ekonomi negara ini menjadi korban. Meskipun begitu, kebijakan ini diperbarui lagi dan membuat adanya pelonggaran terkait protokol kesehatan di negara tersebut. Hal ini membuat China membuka negaranya secara perlahan agar bisa menghidupkan eknominya lagi.
Di wilayah Beijing, terlihat bagaimana lonjakan kasus harian Covid-19 di sekitar wilayah kota tersebut. Akibatnya pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan di beberapa tempat umum seperti di distrik. Dampaknya, sekolah, toko, dan restoran harus ditutup sementara terlebih dahulu. Hal itu dikarenakan adanya lonjakkan kenaikan kasus yang cukup signifikan yang membuat pemerintah mengatur kembali pembatasan bagi warganya.
Selain itu, Kota Zhengzhou juga memberlakukan aturan pembatasan bagi masyarakatnya. Pemerintah setempat memberlakukan lockdown pada 6 juta penduduknya yang dimulai pada Jumat (18/11).
Sebelumnya di kota tersebut juga terjadi aksi protes yang berujung kekerasan terhadap industri besar milik produesn Iphone Foxconn. Alasan dari protes ini adalah adanya kesalahan teknis pada sistem pembayarannya. Pemerintah menganggap aksi protes yang membuat kerumunan ini akan berpotensi menjadi penularan virus Covid-19.
Kembali lagi ke Kota Beijing, tepatnya di wilayah distrik Chaoyang, terlihat bagaimana kegiatan bisnis di wilayah tersebut harus ditutup. Terlihat bagaimana ribuan blok di distrik ini yang terdiri dari gedung-gedung tinggi yang biasa ramai menjadi sepi dan tutup. Hal tersebut terjadi karena aturan di negara ini memerintahkan warganya harus tetap di rumah selama beberapa hari kedepan.
Sebenarnya warga China sudah lelah, karena pandemi ini belum melihat tanda usainya. Walaupun begitu, ilmuan di negara tersebut mengkhawatirkan bagaimana tingkat kesadaran vaksinasi yang cukup rendah membuat tingkat penularan masih cukup tinggi. Tentunya negara ini sendiri ingin pulih dan bisa melanjutkan untuk meningkatkan perekonomiannya.