close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi masjid / Pixabay
icon caption
Ilustrasi masjid / Pixabay
Dunia
Kamis, 27 Februari 2020 08:55

China: Masjid di Xinjiang lebih banyak dibanding di AS

Jubir Kementerian Luar Negeri China menyebut ada 24.400 masjid di Xinjiang, di mana satu unit untuk 530 muslim.
swipe

Pemerintah China mengklaim jumlah masjid di Xinjiang yang mayoritas dihuni etnis muslim Uighur lebih banyak daripada di Amerika Serikat.

"Ada 24.400 unit masjid di Xinjiang, satu unit untuk 530 muslim. Bandingkan dengan jumlah masjid di AS yang bahkan kurang dari 10% jumlah masjid di Xinjiang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam keterangan tertulis, Kamis (27/2).

Pernyataan tersebut merupakan tanggapan atas pernyataan Duta Besar Amerika Serikat Untuk Kebebasan Beragama Sam Brownback yang menuduh Beijing melakukan berbagai upaya agar umat Islam di China menjadi warga negara yang patuh dan taat sebagai bentuk penindasan terhadap umat beragama.

"Bukan yang pertama kalinya orang-orang tertentu di AS membuat tuduhan dan rumor yang ngawur untuk merusak kerukunan antaretnis di China dengan mencampuri urusan dalam negeri kami melalui dalil kebebasan beragama. Kami menentang semua itu," ujar Zhao.

Dia menegaskan bahwa pemerintahannya melindungi kebebasan warganya dalam beragama sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"Menurut hasil jajak pendapat yang dirilis oleh Gallup and Pew Research Center, 42% warga AS sangat prihatin dengan isu berkaitan dengan ras dan 75% muslim di AS mengakui adanya diskriminasi serius terhadap mereka," tutur Zhao.

Oleh sebab itu, dia mendesak AS agar menghentikan berbagai upaya mencampuri urusan dalam negeri China dengan dalih agama.

"Saya sarankan kepada duta besar yang bertanggung jawab atas urusan kebebasan beragama agar lebih banyak lagi belajar tentang kebenaran dan lebih menghormati orang lain," kata Zhao.

AS dan Barat selama ini menuduh Beijing melakukan pelanggaran HAM dengan menempatkan 1,5 juta warga etnis muslim Uighur di kamp-kamp konsentrasi yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Xinjiang.

Namun, Beijing membantah itu adalah kamp-kamp konsentrasi, melainkan pusat pelatihan pendidikan keterampilan sekaligus sebagai upaya deradikalisasi terhadap warga etnis muslim Uighur.

Gubernur Xinjiang Zakir Shohrat di Beijing menjelang akhir tahun lalu mengatakan bahwa para penghuni kamp sudah berhasil merampungkan program pendidikan dan pelatihan sehingga berhak meninggalkan kamp. (Ant)

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan