close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kerusuhan / Pixabay
icon caption
Ilustrasi kerusuhan / Pixabay
Dunia
Senin, 08 Maret 2021 12:00

China siap bantu Myanmar cegah pertumpahan darah berulang

China akan bantu redakan ketegangan di Myanmar.
swipe

Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada Minggu (7/3) menyatakan, negaranya bersedia untuk bekerja dengan pihak-pihak yang terlibat dalam kudeta militer Myanmar demi mencegah berulangnya pertumpahan darah dan membantu redakan ketegangan di sana.

"Prioritasnya adalah untuk mencegah pertumpahan darah dan konflik lebih lanjut," tutur Wang Yi.

Berbicara kepada wartawan di sela-sela pertemuan parlemen tahunan China, Menlu Wang menyampaikan bahwa bantuan China untuk meredakan ketegangan di Myanmar dengan dua cara, termasuk melibatkan para pemimpinnya dari berbagai partai dan faksi.

Dia menambahkan, keterlibatan China akan dilakukan sesuai dengan kedaulatan dan keinginan warga Myanmar.  Tiongkok, kata Wang, memiliki hubungan jangka panjang dan bersahabat dengan berbagai pemimpin di Myanmar.

Lebih lanjut, Wang juga menegaskan kembali kesediaan China untuk mendukung ASEAN dalam upayanya menyelesaikan krisis di Myanmar.

"Myanmar adalah bagian dari ASEAN. China mendukung prinsip non-interference ASEAN dan fokus pada pengembangan kepentingan ekonomi bersama," ungkapnya.

Dia menyampaikan, China berharap seluruh pihak di Myanmar tetap tentang, menahan diri, dan mengedepankan kepentingan warga sembari mencari jalan untuk menyelesaikan konflik sesuai hukum yang berlaku.

"Tekad China untuk meningkatkan hubungannya dengan Myanmar tidak akan goyah," tegas dia.

Secara geografis, Myanmar memang berbatasan dengan Yunnan, sebuah provinsi di wilayah barat daya China. Negeri Tirai Bambu memiliki banyak proyek infrastruktur di Myanmar sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI).

Pakar hubungan China, Benjamin Ho dari S. Rajaratnam School of International Studies, menuturkan bahwa Tiongkok terus-menerus menekankan prinsip non-interference dalam politik domestik negara lain.

"Dalam hal ini, Beijing akan lebih baik memerhatikan situasi di Myanmar tanpa terlibat," tambahnya.

"Prioritas China adalah memastikan bahwa kepentingannya, seperti sumber daya alam seperti kayu, batu giok, dan gas alam, tidak dirugikan. Koridor Ekonomi China-Myanmar, yang menghubungkan Yunnan ke Teluk Benggala, juga merupakan jalur penting bagi China dalam hal perdagangan," imbuhnya.

Militer Myanmar telah merebut kekuasaan dari pemerintah yang dipilih secara demokratis pada 1 Februari. Mereka juga menahan penasihat negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, serta sejumlah tokoh senior lainnya dari partai yang berkuasa.

Kudeta tersebut memicu protes di seluruh negeri dan menyebabkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan. Secara total, bentrokan itu telah menewaskan lebih dari 50 orang.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan