Sayap bersenjata Jihad Islam Palestina di Gaza telah merilis video sandera yang menampilkan seorang wanita lanjut usia dan seorang anak laki-laki dan mengatakan pihaknya bersedia melepaskan mereka jika kondisi tertentu terpenuhi.
Kelompok Islam tersebut bergabung dengan Hamas dalam menculik sekitar 240 orang selama serangan di Israel selatan pada 7 Oktober, dan membawa mereka kembali ke Gaza.
Sebagian besar dari mereka diyakini berada di tangan Hamas, namun Jihad Islam, sebuah kelompok militan kecil di Gaza yang bersekutu dengan gerakan yang berkuasa di wilayah tersebut, sebelumnya mengatakan bahwa mereka menahan setidaknya 30 orang.
Brigade Al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina (PIJ), mengatakan pihaknya siap melepaskan seorang wanita dan seorang anak laki-laki karena alasan kemanusiaan dan medis setelah kondisi yang sesuai terpenuhi. Namun mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Meskipun sebagian besar sandera disandera oleh Hamas, PIJ sebelumnya mengatakan bahwa mereka menahan setidaknya 30 tawanan.
Dua orang dalam video tersebut diidentifikasi sebagai Hanna Katzir, 77, dan Yagil Yaakov, 13, dari Kibbutz Nir Oz.
Dalam video tersebut, wanita yang duduk di kursi roda itu berkata: “Saya Hanna Katzir, dari Kibbutz Nir Oz. Saat ini aku berada di sini di tempat yang bukan milikku, aku merindukan rumahku, anak-anakku, suamiku, Rami, dan seluruh keluarga tersayang."
"Aku mengirimkan salam, memberitahumu aku mencintaimu. Saya harap saya berhasil bertemu Anda minggu depan. Saya harap semua orang sehat,” ujar Hanna.
Keduanya menyalahkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas pembantaian tanggal 7 Oktober, dan mengatakan bahwa para penculiknya memperlakukan mereka dengan baik.
Israel menolak berkomentar mengenai apakah kedua sandera akan dibebaskan, dan mengatakan bahwa hal ini akan berperan dalam “perang psikologis” para penculiknya.
Laksamana Muda Daniel Hagari, kepala juru bicara militer Israel, mengatakan: “Ini adalah tanda kehidupan, dan ini penting. Saya akan, untuk saat ini, mengabaikan pertanyaan tentang pembebasan mereka… Kami akan menjadi orang pertama yang memberi informasi kepada keluarga tersebut sebelum sesuatu terjadi,” ujarnya.
Di London, Media Israel melaporkan bahwa sekitar 800 orang berkumpul di luar kantor Komite Palang Merah Internasional di London pada Kamis malam. Mereka menyerukan agar Badan itu membantu para sandera yang ditahan oleh Hamas sejak 7 Oktober.
Mereka mengaku tidak meminta pertolongan yang "mustahil" untuk saat ini, melainkan hanya sekadar intervensi kemanusiaan yang standar, yang bisa dilakukan Red Cross, yakni mengunjungi para sandera yang ditahan Hamas untuk melihat kondisi mereka dan memberikan bantuan obat-obatan yang diperlukan.
Sementara itu, Kepala mata-mata Amerika Serikat dan Israel dilaporkan bertemu dengan perdana menteri Qatar di Doha pada hari Kamis untuk membahas kesepakatan penyanderaan dan penghentian perang melawan Hamas di Jalur Gaza.
Menurut Reuters, direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) Bill Burns dan David Barnea, kepala badan intelijen Israel Mossad, mengadakan pembicaraan tiga arah dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed Bin al-Thani untuk membahas “parameter kesepakatan.”
Reuters mengutip sumber yang mengatakan bahwa ketiganya dibawa ke satu meja untuk mempercepat diskusi, dan juga peningkatan izin masuk bahan bakar ke wilayah yang terkepung untuk tujuan kemanusiaan.
The New York Times mengutip seorang pejabat pemerintah AS yang mengatakan bahwa perundingan trilateral berfokus pada jeda kemanusiaan selama tiga hari dalam serangan Israel untuk memfasilitasi pembebasan hingga 15 sandera sipil yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
Namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan kembali dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa pertempuran terus berlanjut dan tidak akan ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera oleh Hamas.(reuters,inews.co.uk, jewishnews)