Paus Fransiskus pada Kamis (11/4) berlutut di hadapan para pemimpin Sudan Selatan sebelum akhirnya mencium sepatu Presiden Salva Kiir dan pemimpin oposisi Riek Machar. Dia memohon kepada mereka untuk menjaga perdamaian.
"Saya meminta kepada Anda dengan sepenuh hati," kata Paus Fransiskus kepada Presiden Kiir dan Machar. "Jaga perdamaian."
Peristiwa dramatis itu terjadi selama retret kedua pemimpin Sudan Selatan itu di Vatikan dan selang beberapa jam setelah militer di Sudan melancarkan kudeta tidak berdarah yang melenggserkan Presiden Omar al-Bashir setelah 30 tahun pria itu berkuasa.
Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada 2011. Lalu pada Desember 2013, perang saudara berkecamuk di Sudan Selatan, menewaskan sedikitnya 400.000 orang dan membuat jutaan lainnya terlantar.
September lalu, Kiir dan Machar, menandatangani perjanjian damai di Ethiopia dan pada Kamis, keduanya pergi ke Vatikan untuk retret ekumenis dua hari di kediaman resmi kepausan.
"Akan ada perkelahian di antara kalian, tetapi biarlah itu hanya berlangsung di dalam ruangan. Ketika di depan rakyat, mari saling bergandengan," ujar Paus Fransiskus, mendesak mereka untuk menghormati gencatan senjata dan berkomitmen untuk membentuk sebuah pemerintahan persatuan bulan depan.
Dengan cara itu, menurut Sri Paus, mereka dapat menjadi bapak bangsa.
Paus Fransiskus mendorong kedua pemimpin Sudan Selatan untuk menemukan titik temu.
"Saya mendesak Anda untuk mencari apa yang menyatukan Anda, dimulai dari fakta bahwa Anda milik rakyat yang sama dan memiliki tujuan untuk mengatasi apa yang membuat Anda terpecah belah. Rakyat lelah oleh konflik di masa lalu. Ingatlah bahwa dengan perang, semua hilang!," tutur Paus Fransiskus kepada kedua pemimpin Sudan Selatan itu.
Nasib perdamaian ini, menurut para ahli, terkait dengan apa yang terjadi di Sudan sekarang setelah Bashir dilengserkan.
Bashir, bersama dengan Presiden Uganda, merupakan penjamin dari kesepakatan tersebut. Kejatuhan Bashir merupakan komplikasi lain bagi Sudan Selatan.
Vatikan telah bertahun-tahun terlibat dalam upaya untuk memelihara perdamaian di Sudan Selatan, dan peluang itu diyakini ada dalam gencatan senjata terbaru. (The New York Times)