Duta Besar China untuk ASEAN Deng Xijun mengatakan bahwa wabah coronavirus jenis baru telah mengganggu hubungan perdagangan dan investasi antara Tiongkok dan negara-negara yang tergabung dalam kerangka kerja Belt and Road Initiative (BRI).
"Memang ada tantangan dan gangguan akibat epidemi itu, tapi hanya untuk sementara dan sifatnya jangka pendek saja," jelas dia dalam konferensi pers di Kedutaan Besar China untuk ASEAN, Jakarta, pada Jumat (21/2).
BRI merupakan proyek kebijakan luar negeri yang diusung oleh Presiden Xi Jinping yang melibatkan pembangunan infrastruktur dan konektivitas melalui skema investasi global.
Tujuannya adalah untuk membangun kembali konektivitas berbasis daratan yang disebut sebagai belt dalam inisiatif tersebut. Konektivitas daratan tersebut akan membentang dari China ke wilayah lain di Asia, Eropa, dan seterusnya.
Melalui BRI, China juga berupaya menguatkan konektivitas jalur maritim atau road, disebut sebagai 21st Century Maritime Silk Road, yang meliputi Laut Cina Selatan, Pasifik Selatan, dan Samudera Hindia. Dilansir dari situs resmi BRI, yidaiyilu.gov, per Maret 2019, China telah menandatangani 171 dokumen kerja sama BRI dengan 123 negara dan 29 organisasi internasional.
Dubes Deng menyatakan, pemerintah China telah mengambil sejumlah langkah untuk mendukung para pengusaha dan bisnis yang terlibat dalam skema BRI. Tiongkok memandu mereka untuk melanjutkan pekerjaan secara teratur seraya tetap waspada akan bahaya coronavirus.
"Meskipun coronavirus terus menyebar, menurut saya, epidemi ini tidak akan berdampak terlalu signifikan bagi kerja sama pembangunan antara China dan negara-negara terkait dalam skema BRI," sambung dia.
Menurutnya, kondisi ekonomi China yang kokoh menjadi salah satu faktor yang menopang kestabilan skema kerja sama BRI di tengah gangguan coronavirus.
"Ketika Tiongkok menghadapi SARS pada 2003, Produk Domestik Bruto (PDB) kita hanya 5% dari total PDB global. Namun, saat ini sudah menyentuh sekitar 15-17% dari PDB global," kata dia. "Struktur ekonomi China sudah lebih tangguh dan dari segi regulasi juga jauh lebih kuat."
Dia menyebut bahwa sejak wabah coronavirus pertama terdeteksi pada akhir 2019, negara-negara yang tergabung dalam skema BRI telah menyatakan dukungan serta memberikan bantuan kepada pemerintah dan masyarakat Tiongkok.
"Kami akan bekerja bersama mereka dan secara bahu-membahu mengatasi coronavirus. Saya yakin, bersama-sama, kami dapat memenangkan pertempuran melawan wabah tersebut," tegas Deng.