Perdana Menteri Boris Johnson pada Kamis (12/3) mengonfirmasi bahwa pemerintah Inggris sudah memasuki tahap kedua dari upaya mencegah penyebaran Covid-19.
Inggris saat ini menghadapi pertanyaan, mengapa mereka tidak bertindak serupa negara Eropa lainnya, seperti Italia dan Prancis, yang telah mengambil langkah lockdown atau pembatasan ketat untuk mengontrol penyebaran coronavirus jenis baru.
Pada Jumat (13/3), kepala penasihat ilmiah PM Johnson, Patrick Vallance, mengatakan bahwa pemikiran di balik pendekatan Inggris dalam menangani coronavirus jenis baru adalah mencoba membangun herd immunity atau imunitas kelompok sehingga lebih banyak orang kebal terhadap virus demi mengurangi penularan.
Herd immunity menggambarkan sebuah skenario di mana begitu banyak orang menjadi kebal terhadap suatu penyakit, baik melalui vaksinasi atau paparan, sehingga menjadi sulit bagi virus untuk menyebar ke seluruh populasi.
Strategi ini akan berjalan ketika cukup banyak orang terinfeksi sehingga mereka kemudian mengembangkan sistem kekebalan tubuh terhadap virus tersebut. Ini akan menghentikan penyebaran secara luas dan melindungi kelompok rentan.
Herd immunity disebut dapat secara efektif membuat virus hanya bertahan selama satu hingga dua musim, serta memberikan waktu yang cukup bagi otoritas kesehatan untuk mengembangkan dan mendistribusikan vaksin.
Vallance mengatakan bahwa antara 60-70% dari populasi Inggris perlu terinfeksi coronavirus jenis baru dan kemudian pulih untuk mencapai herd immunity.
Tetapi belum diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat infeksi tersebut karena angka penularan itu belum tercapai di negara mana pun yang terdampak coronavirus jenis baru. Sejauh ini, Inggris mencatat 1.553 kasus positif, di mana 52 di antaranya dilaporkan sembuh dan 56 lainnya meninggal.
Analis menyebut bahwa jika sebagian besar populasi sudah terjangkit dan kemudian pulih, maka seharusnya jauh lebih kecil kemungkinan seseorang untuk tertular virus itu lagi atau menularkannya ke orang lain. Fenomena tersebut dapat digambarkan sebagai "vaksinasi alami".
"Menurut kami, coronavirus jenis baru kemungkinan adalah virus yang bersifat musiman," kata Vallance. "Masyarakat akan menjadi kebal terhadapnya dan itu menjadi bagian penting dari upaya mengendalikan situasi secara jangka panjang."
Namun, pada Minggu (15/3), bertolak belakang dengan omongan Vallance, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menekankan bahwa mencapai herd immunity terhadap Covid-19 bukanlah kebijakan resmi pemerintah.
"Herd immunity bukan tujuan atau kebijakan kami. Itu adalah konsep ilmiah," tutur Hancock.
Pakar kesehatan dari University of Liverpool, Ian Donald, menduga pemerintah ingin orang-orang muda terinfeksi dan dirawat di rumah sakit. Ketika mereka dinyatakan pulih, imunitas mereka terhadap coronavirus jenis baru akan meningkat.
Donald menilai bahwa pihak berwenang akan mencoba memperlambat penularan virus dengan menutup sekolah, restoran, atau bahkan perusahaan-perusahaan besar dan pada saat bersamaan, akan berupaya mengisolasi lansia dan kelompok rentan.
Secara sederhana, pemerintah akan mengisolasi kelompok rentan sementara sisa populasi membangun imunitas terhadap coronavirus jenis baru. Setelah penyebaran melambat karena kekebalan tubuh masyarakat meningkat, maka seharusnya potensi transmisi virus akan mengecil.
"Setelah beberapa saat, sebagian besar populasi telah kebal ... dan Inggris akan menjadi imun," jelas Donald.
Namun, Donald dan sejumlah pakar kesehatan lainnya memperingatkan bahwa herd immunity membawa risiko besar. Hingga kini masih belum diketahui secara pasti apakah orang yang terinfeksi Covid-19 tidak akan pernah terjangkit lagi.
Dalam sebuah surat terbuka kepada pemerintah, Presiden British Society for Immunology (BSI) Arne Akbar menyampaikan keprihatinannya terkait strategi herd immunity dan konsekuensi yang berat jika kelompok rentan tidak dilindungi dengan baik.
Akbar memperingatkan, Covid-19 tergolong sangat baru sehingga masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang bagaimana virus tersebut memengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia.
"Contohnya, kita belum tahu apakah pasien yang telah pulih akan mengembangkan imunitas terhadap virus ini atau tidak. Oleh karena itu, akan lebih bijaksana untuk mencegah infeksi sejak awal," ungkap Akbar.
PM Johnson selama ini mengkritisi tindakan sejumlah negara yang berupaya menghentikan penyebaran virus. Dia menuduh sejumlah pemimpin dunia tunduk pada tekanan politik alih-alih mengikuti pedoman ilmiah.
Senada dengan Johnson, Donald menyebut bahwa lockdown, seperti yang dilakukan oleh Italia, tidak terlalu efektif dalam memperlambat laju penularan coronavirus jenis baru. Dia menambahkan, pembatasan seperti itu tidak bersifat berkelanjutan dan ketika dilonggarkan, akan ada potensi lonjakan kasus infeksi baru.
"Setiap kali tingkat infeksi baru meningkat, pemerintah harus kembali menerapkan lockdown," ujar dia. "Itu bukan langkah yang berkelanjutan." (Sydney Morning Herald, Vox, dan Sky News)